Kalau punya kebiasaan nulis diari di buku atau pasang timeline atau pasang status, sepertinya pantas kalau harusnya aku buat sebuah blog. Tetapi kok kayaknya malas banged ya. Apalagi kemampuan desain webnya pas pasan. Hampir bias dibilang, semua materi waktu dulu diajarin kakak kelas lupa semua gara gara tidak dipraktikkan.
Mungkin rencana buat melakukan hal yang bermanfaat malam ini, belum terlaksana karena tiba tiba ingin buat catatan dari pengalaman hari ini.
Namaku Herwin Kurniawati, perempuan, anak sulung dari tiga bersaudara. Lahir di Brebes, tapi buat akta di Tegal, jadi di akta tertulis di Tegal. Perjalanan kehidupan dari kecil sampai sekarang samar samar terlihat. Yang jelas ada kejadian yang masih diingat tentunya sewaktu kecil.
Aku seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi kedinasan yang katanya sekolahnya sudah"tidak jelas". Apapun kata orang, inilah kampusku, baik ataupun buruk ini adalah kampusku. Selain menjadi mahasiwa aku juga seorang pengajar privat anak anak sekolah, sekedar cari uang untuk "hura-hura".
Tak pelak banyak pengalaman yang didapat dari mengajar. Dari sekian tahun mengajar selama kurang lebih 2 tahun, baru kali ini aku mendapatkan 'tantangan' lebih dari sebelumnya.
Menurut orang mungkin ini hal yang biasa, tapi tidak menurutku. Mengajar anak sd mungkin dianggap mudah oleh orang biasa. Materinya juga paling itu itu saja. Perkalian, penjumlahan, pegurangan, dan pembagian. BUkan masalah materi yang dipermasalahkan, tetapi lebih kepada cara penyampaian kita kepada mereka. Bukan IQ atau otak yang dipakai saat mengajar tetapi lebih kepada bagaimana kita mengelola kecerdasan emosional kita. Siapa sih yang tidah tahu perkalian? Tetapi saat mereka belum paham akan perkalian, apakah kita harus memaksa mereka untuk tahu dan cepat. Apakah disitu kita harus menghukum mereka kalau tidak bisa?
Disiniliah inti yang ingin aku ceritakan. Teringat waktu aku kecil, ayahku adalah seorang guru SD, ingat ketika ayah mengajari aku perkalian dan belajar mengeja kata per kata, tak pernah teringat sedikitpun memori dalam pikiran kalau aku sampai dimarahin atau dipaksa bisa. Akhirnya aku tahu, bahwa, mengajar anak kecil bukan sekedar mendapat penghargaan atas usaha kita, tapi belajar bagaimna memperlakukan orang berbeda, kita harus bersikap seperti ini jika berhadapan dengan mereka, harus bersikap seperti itu jika berhadapan dengan karakter yang lain. Mengapa? Lihat saja, ketika kit adihadapkan dua karakter ornag yang berbeda, yang satu mudah memahami penjumlahan yang satu belum, kita tidak bisa menyamakan perlakuan terhadap mereka. Aku belajar dari situ. Walau inilah hal yang tersulit dalam hidup, yaitu memahami orang lain. Begitu sombongnya kita karena tak mengenal siap orang di sekeliling kita.
Hal yang dapat kusimpulkan adalah menjadi pengajar anak anak adalah hal terindah dan tersulit yang penah aku alami.
(tahun ini pertama aku mendapat murid sd)
Sekelumit cerita yang mengetuk hatiku untuk terus bersyukur yang telah hidup selama 20 tahun di dunia ini, bolehlah kita sombong asal bersyukur ,,hahaha :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?