MENU

MENU : TERAS I MESSENGER OF PEACE I CURHATAN HATI I SASTRA & CERITA I PENGALAMAN HIDUP I IDE DAN TIPS I PRAMUKA I TENTANG TEGAL I


Instagram Instagram

Rabu, 22 Januari 2014

HAH? Pencuri Motor JUGA ada di Malaysia?

Senja di sore ini akan menemaniku untuk mengantarkan kepada kalian adanya keindahan perbedaan. Perbedaan sudah sangat sering dijumpai dalam keseharian kita. Ada laki-laki ada pula perempuan. Ada malam dan ada pula siang. Kadang cuaca sangat panas dan kadang pula sangat dingin. Perbedaan tidak hanya didapat dengan penglihatan seperti kita melihat wujud laki-laki yang tampan dan perempuan yang anggun. Perbedaan tidak hanya pula dirasakan layaknya merasakan panasnya sinar matahari dan dinginnya hujan. Perbedaan tentu dirasakan dengan pendengaran ketika azan Subuh berkumandang di fajar pagi tanda siang dan azan Magrib menjelang malam. Lalu apakah masih ada yang tidak menerima perbedaan?

Perbedaan itu suatu yang pasti walau aku tidak tahu apakah perbedaan itu mutlak layaknya perbedaan budaya. Budaya tidak seperti perbedaan siang dan malam yang dapat diamati secara ilmiah saja, melainkan budaya adalah proses sejarah yang dilalui oleh sekumpulan orang di suatu wilayah tertentu sebut saja Malaysia dan Indonesia. Ada bagian dari Indonesia yang serumpun dengan Malaysia yaitu bangsa Melayu yang tinggal di pulau Sumatera dan wilayah Malaysia.

Sebenarnya saya tidak pantas menulis perbedaan di antara dua negera di atas tanpa ada buku maupun sumber referensi yang handal. Saya hanya menulis apa yang saya dengar dan apa yang saya lihat saja. Dari segi hukum Indonesia dan Malaysia memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Walau dua negara ini sangat berdekatan tetapi hukum yang diberlakukan masing-masing negara berbeda. Indonesia mengenakan civil law dan Malaysia memberlakukan common law. Hal ini dikarena perbedaan siapa yang pernah menjajah negara itu sebelumnya. Indonesia pernah dijajah oleh Belanda sedangkan Malaysia pernah dijajah oleh Inggris.

Kesempatan Itu

Sebenarnya tidak ada hal yang baru tentang diriku di senja jingga ini di sudut taman di bawah rerindangan pohon ini. Rasanya seperti de javu bahwa aku kembali ke masa lalu dengan rutinitas yang tidak pernah berhenti. Namun kali ini lebih santai entah karena aku yang berbeda atau orang yang di sekitar yang berbeda. Ya, semua berbeda namun aku tetap menjadi Herwin yang ceria dan terus mengerjakan sesuatu dengan grusa grusu dan cekat ceket sepert biasanya. Entah orang lain yang tidak mampu mengejar aku atau aku yang tidak suka terlalu lama berpikir panjang. Aku sendiri tidak tahu tetapi setidaknya di sini aku dipercaya.

Sebenarnya aku tidak percaya apakah mereka percaya padaku karena ilmu yang aku miliki atau kedewasan yang aku capai saat ini. Aku sendiri tidak tahu tetapi satu hal yang aku yakini bahwa mereka percaya padaku. Kepercayaan ini yang akan aku pegang selalu selama aku menghirup napas ini. Ada hal yang sebenarnya ingin aku lakukan seperti yang teman-temanku lakukan di sana yaitu mendirikan desa binaan. Binaan apa saja, taman baca, pengumpulan buku-buku cerita, sekolah hijau, taman bermain, atau hanya desa yang diisi dengan pengajian anak-anak. Sayangnya aku tidak ada kuasa di sini banyak hal yang ingin aku lakukan di sini namun rasanya aku belum mendapatkan kembali rasa percaya diri itu

Aku ingin menggaet teman-teman yang percaya padaku untuk melakukan hal serupa dengan ada yang di otakku saat ini. Kekuranganku tentu masih banyak, tidak tahu meda mana yang harus dijadikan desa binaan, belum sepenuhnya mendapat kepercayaan orang di sekitarku, dan aku sendiri masih pengecut untuk mengutarakan pendapat. Setidaknya hal yang aku bisa lakukan saat ini ialah aku masih mengekor pada teman-teman yang tahu medan. Yang aku hanya bisa berikan adalah waktu dan tenaga, tentu pikiran.