Gatal ya kalau sehari saja tidak menulis, semoga ini menjadi kebiasaan yang baik untuk saya. Sesuai menu hari ini adalah pengalaman hidup, saya akan menceritakan sedikit hal dari bagian hidup saya yang indah.
Mengapa dalam hidup ini ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak diperbolehkan (dilarang)? Jawabannya mungkin kebanyakan teori, dan para penulis atau ahli (pengarang buku) menulis alasannya berdasarkan apa yang mereka baca dan apa yang mereka alami dalam hidup mereka. Demikian hidup saya.
Begini, saya selalu mencoba dan bertanya dalam hidup. Sejak saya masih Sekolah Dasar, mengapa saya ada hidup di sini, mengapa saya harus hidup, mengapa saya tidak boleh mencontek, mengapa saya boleh ini dan tidak boleh itu? Pertanyaa diawali dengan mengapa atau mengapa tidak.
Saya kadang sudah tahu kalau perbuatan itu salah dan melanggar norma dan kaidah bermasyarakat, tetapi saya tetap melakukan hal tersebut. Akhirnya saya kena akibatnya, entah makian, hinaan, penyesalan diri,dimusuhi, atau bahkan tidak diterima. Saya akui kesalahan itu dan berusaha untuk tidak melakukan hal tersebut. Ini teori yang sering kalian dengar kan dari orang tua atau teman kalian?
Namun, ini bukan sekedar teori bagi saya. Saya tahu itu dilarang bukan karena orang tua saya melarang. Saya tidak melakukan hal tersebut bukan karena disuruh orang lain, bukan takut diejek orang lain, bukan takut dihina orang lain, bahkan bukan karena takut diusir. Saya tahu bahwa saya tidak diperkenankan hal tersebut karena saya tahu itu salah, bagaimana saya tahu? Saya mengalami dan melakukan kesalahan tersebut. Maka dari itu saya dapat dengan mudah dan meyakini itu kurang baik. Saya yang meyakinkan diri saya.
Mungkin ada orang-orang yang tidak menerima kesalahan tersebut walau kita sudah meminta maaf dan memperbaiki segalanya, bahkan sampai detik ini saya tidak bisa memaafkan diri saya sendiri, bagaimana orang lain, bagaimana Allah? kadang saya merasa tersisihkan karena kesalahan tersebut oleh segelintir orang. Saya berusaha menganggap itu cambuk kehidupan.
Inilah kehidupan,Win. Gegara nilai setitik rusak susu sebelanga. Itulah hidup. Entah mengapa saya sering tidak percaya pada buku/teori, tetapi saya percaya pada pengalaman yang Allah berikan kepada saya, maka saya yakini itu, kalau itu salah.
Sungguh saya manusia biasa yang berusaha untuk menjadi baik untuk orang lain. Entah mengapa efek jera dari akibat membuat saya lebih berhati-hati dalam berniat, berucap, dan bertingkah laku. Saya tahu itu salah ketika saya sudah melakukan itu sengaja atau tidak. Maka dapat disimpulkan banyak dosa dan kesalahan yang saya lakukan. Betapa ngerinya diri saya ini, penuh borok dan kotoran dalam hati saya. Namun, Allah tetap saja memberikan kesempatan kepada saya untuk memperbaiki diri. Alhamdulillah.
Perlu adanya instropeksi diri sendiri. itu kunci utama.
Terima kasih teman, semoga isi artikel ini bisa bermanfaat.
experience is the best teacher :-)
BalasHapusIya Jeng
BalasHapus