MENU

MENU : TERAS I MESSENGER OF PEACE I CURHATAN HATI I SASTRA & CERITA I PENGALAMAN HIDUP I IDE DAN TIPS I PRAMUKA I TENTANG TEGAL I


Instagram Instagram

Kamis, 18 April 2013

Dosen Killer atau Tegas?


Kaget Ketika Pak Riko agak Marah di Depan Kelas

Maaf sebelumnya, saya menyebutkan nama dosen tersebut. Namun, ini baru awal dari cerita yang sebenarnya akan saya ceritakan. Intinya jangan menghakimi dosen ini sebelum kalian tahu cerita saya seperti apa.
Sekitar pukul satu siang, dua teman saya presentasi ke depan menjelaskan tentang PT Gudang Garam. Mereka ingin tahu tentang proses bisnis pabrik rokok terkemuka tersebut. Dari cara ucap, raut muka, dan suara, mereka terlihat tidak antusias untuk menjelaskan kepada kami. Dilihat dari isinya jelas acak adut. Saya pun tidak paham apa yang mereka katakan.
Seusai presentasi, dosen saya maju ke depan dan tiba-tiba dengan nada cepat mengatakan sesuatu kepada kami semua. Intinya, begini, beliau bertanya, “Kalian bisa menyebut STAN itu bagus?”. Kami terdiam.
Lanjutnya,”Jika kalian melihat presentasi tadi, kami bisa menyebut STAN itu sekolah bagus?”. Dalam hati saya, tentu tidak. Lalu beliau menjelaskan bahwa kalian itu sudah punya standar sembari menggambar sebuah garis di bagian atas papan tulis.
“Kalian itu, di level ini. Kalau kalian sudah di level rajawali, berusahalah untuk melakukan sesuatu standar itu, kalau bisa setara atau lebih. Bukan ada di bawahnya”, ucapnya.
Lalu, beliau mengatakn bahwa kami lebih baik ada di level tengah yang tidak diperhatikan. Tidak terlalu bagus atau terlalu buruk. Semisal mutasi, kalau ada yang tahu kalau kalian baik dan rajin di calon tempat kalian, berarti itu bagus. Tetapi kalau kalian ternyata terkenal karena keburukan kalian, sulit sekali untuk menghapus imej tersebut. Layakanya teori Labelling.
Akademik yang dilihat adalah bukti tertulis, bisa saja kertas ujian maupun makalah hasil pekerjaan. Kalau bekerja, kalau kalian mampu buat makalah kalian harus bisa menyampaikan isi dari makalah kalian. Kuliah menilai hasil makalah kita. Bekerja yang dilihat adalah laporan atau makalah dan saat kita berbicara  menyampaikan hasil pekerjaan. Sekolah itu tempatnya belajar, tempatnya salah. Tetapi tidak mencoba untuk selalu melakukan kesalahan. Sekolah adalah tempat untuk mempersiapkan diri ke masyarakat nantinya. Kesalahan yang kita lakukan bisa dimaafkan di sekolah. Namun, belum tentu kesalahan tersebut dimaafkan di lingkungan kerja atau masyarakat. 
Beliau mengatakan, dia mengajar 5 kelas pertama tahun lalu dengan gaya killer dan mengajar 4 kelas lain dengan nada santai. Hasil pekerjaan paling bagus adalah kelas yang diajar dengan gaya serius. Tapi beliau mengatakan ya belajar itu harus dinikmati bukan ditekan.
Saya tahu maksudnya intinya adalah kita tidak  boleh menyepelekan apa pun pekerjaan kita. Wajar jika kita melakukan kesalahan di sekolah, karena  sekolah adalah tempat untuk belajar, belajar memperbaiki kesalahan. Namun, kita tidak diperkenankan  melakukan kesalahan terus menerus tanpa ada perbaikan.
 Beliau mengajarkan untuk BANGGA terhadap kampus kita sendiri. Waktu itu saya benar-benar menyesal. Baru kali ini saya merasa bangga terhadap sekolah saya sendiri. Benar-benar merasa saya dianggap menjadi mahasiswa. Saya merasa diorangkan bahasa kasarnya. Saya merasa saya harus bisa jadi mahasiswa yang kritis dan berani menjadi benar. Bukan pengikut arus lingkungan yang sangat tidak mendukung keberadaan kita. Mengapa saya baru tersadar sekarang. Jujur, untuk pertama kali, saya ingin berbuat sesuatu untuk kampus saya. Saya ingin sekali menjadi kebanggaan kampus saya. Rasa inilah yang hilang dalam diri saya.  Semoga saya bisa memupuk rasa kebanggan saya ini.
Teman, kekurangan kita ketika kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk lingkungan kita adalah kita tidak pernah merasa bangga tinggal di tempat itu. Banggalah. Ketika rasa bangga itu muncul maka semangat untuk mengharumkan nama kampus kita semakin berkobar. Berusaha sedemikian rupa menjadi lebih baik. Mungkin di semester terakhir ini kamu merasa bangga. Setidaknya setelah lulus, kita tetap melakukan hal baik dan menjaga nama baik almamater kita.
Sekian dan terima kasih.


1 komentar:

  1. Yoi. Tp memang tujuanny satu. Supaya anak anaknya paham. Salutlah ada yg masih sabar geto.haha

    BalasHapus

Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?