Fesbudnus itu nama lain dari HOE, acara kebudayaan STAN zaman dulu, sebelum saya masuk sekolah ini.
Begini, sebenarnya sudah ngantuk banget karena minum suplemen, tapi mata tetap saja tidak bisa tertutup. Sesudah melipat baju, berniat untuk mencuci baju, tetapi berganti haluan, mandi. Gerah banget nih kamar kos. Pintu kamar biarin aja lah dibuka sebentar. Niat mencuci pun belum dilaksanakan, tiba-tiba ingin nge-blog.
Kata pertama, "Ini sekolah seni apa sekolah Akuntansi, sih?"
Saya menanyakan ini kepada hampir seluruh teman mahasiswa yang saya temui di acara fesbudnus kemarin. Kebanyakan acara di kampus ini diisi dengan kegiatan penyaluran hobi, seperti seni, fotografi, dan adalah yang akademik, seperti ST*N Olympic Team. Acaranya pun yang paling heboh adalah mengundang artis papan atas(?) sebagai bintang tamu, penarik perhatian masyarakat. Yah, sebutkan saja, fesbudnus, accounting carnival, animaku no hibi, SMC music competition, pendakian ke gunung-gunung di Jawa Barat dan sekitarnya, dan kegiatan yang bersifat senang-senang, tapi mumet buat panitianya. Kegiatan akademin yang paling besar adalah National Accounting Carnival dan Indonesia Tax Festival, itu acara cerdas cermatnya anak ST*N, seluruh mahasiswa di Indonesia diundang untuk berkompetisi.
Nah, ini. Lembaga itu lebih setuju kalau acara di ST*N lebih ke arah pengembangan akademik, entah di Akuntansi maupun perpajakan. Jadi, lembaga pasti membantu dan memberikan fasilitas untuk acara ya, NAC atau ITF. Sedangkan acara fesbudnus dll itu pasti mengundang kontroversi yang tiada henti-hentinya, pelarangan masuk gedung, pelarangan acara di lapangan, larangan menyalakan AC, dll.
Saya pribadi, ya setuju, seharusnya kegiatan akademik lebih ditonjolkan. Namun, tidak sepatutnya, mereka (lembaga) menganaktirikan kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain. Dengan dalih, gedung dipakai dari mahasiswa untuk mahasiswa bukan untuk luar, karena status kita adalah Barang Milik Negara, jadi tidak boleh sembarangan pakai. Tapi kita ini sekolah pak, perguruan tinggi. (Mungkin saya yang tidak bisa mengerti).
Contoh, UI, kenapa FE UI mau mengadakan JGTC, Jazz Goes to Campus tiap tahun? Alasan yang paling saya bisa berikan adalah, lomba cerdas cermat itu hanya menampilkan teori dan perhitungan berdasarkan buku, sedangkan ketika panitia mengelola suatu acara, dia harus tahu betul berapa uang yang dibutuhkan dan pengelolaanya. Panitia akan belajar bagaimana uang sekian untuk dipakai apa saja, mereka tidak berteori mereka menerapkan teori yang mereka pelajari, manajemen keuangan, akuntansi, dan pajak. Hanya orang-orang yang mampu yang bisa jadi panitia. Bukan hanya teori.
Dan ini harusnya lembaga itu seimbang, lembaga tidak membuat suatu wadah kajian yang berguna untuk mahasiswanya. Ketika mahasiswa mempraktikkan ilmunya, malah dilarang ini dan itu. Ya, itu sesuai prosedur. Saya berusaha untuk tidak menyalahkan siapa-siapa. Wadah kajian ilmu AKuntansi hanya diisi oleh orang-orang yang biasa terjun di lomba cerdas cermat, harusnya ada wadah yang melingkupi semua kalangan tanpa memandang IP mereka berapa. Harusnya ada suatu tempat di mana mahasiswa bisa bebas bertanya, tidak takut bertanya karena ada dosen di depan. Harusnya ada kelas alam di mana mahasiswa bisa langsung melihat kenyataan yang ada di masyarakat.
Yah, ini salah saya karena saya tidak pernah mengutarakan ide ini dari dulu kepada siapa pun. Namun, apa guna, saya juga lebih tertuju seni untuk menyibukkan diri saya daripada harus setiap hari berkutat pada peraturan dan buku-buku. Seperti malam 21 April kemarin, untuk kedua kalinya saya tampil untuk menarikan Tari Golek dari Jawa bersama dua teman putri lainnya.
Urutan acara malam puncak ini, benar-benar acak adut, dari teater Alir tidak jadi tampil, para pemainnya kecewa dan menangis, panitia yang tak kalah repot karena semua tidak dilaksanakan dengan cepat, sound system terlambat disetel (hujan melanda Bintaro sekitar 2 jam pada siang dan sore hari), gedung SC yang dijaga ketat satpam-satpam, tiba-tiba satpam jadi begitu banyak.
|
Meta dan me, foto bareng |
|
Intan dan saya berpose |
|
full team dengan sang Ketua, Dewi |
|
Voca Wordhana |
|
Malam Puncak |
|
Meta dan Kuno Kini |
|
Kuno Kini n fren |
|
ramenya |
|
crowded bgt gk sehhh |