Sekarang langit tersenyum di balik sahabatnya, awan. Kadang burung pun tahu bahwa langit tetap tersenyum walaupun awan sahabtanya begitu dekat dengannya hampir setiap waktu. Langit tetap cerah dan bahagia karena dia percaya bahwa matahari selalu ada di sampingnya bahkan percaya matahari akan ada di hatinya menggelorakan semangat yang membarar-bara sehingga geloranya sampai pada manusia yang kadang alpa bahwa Tuhan selalu ada di tempat paling dekat dalam dirinya. Gelora gempita syukur manusia adalah bukti Tuhan ada dalam dirinya. Sungguh, nikmmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan. Angin pun memberikan ruang pada langit untuk melihat dengan lebih jelas tanah dan rerumputan di bawahnya. Air sungai pun kini mengalir dengan lebih deras mengantarkan pesan hangatnya kepada laut yang kadang tak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Setidaknya pesan hangat air sungai mampu menghangatkan dan menentramkan sang Poseidon, dewa Laut menurut orang Romawi sehingga laut mampu membawa pulang kembali para nelayan yang mengais nikmat Tuhan di tengah badai sang Poseidon. Angin pun bersejuk-sejukan di bawah langit yang sedang tersenyum sembari laut mengantarkan nelayan pulang ke pondoknya. Dedaunan pun tak luput dari ingatan sang angin bahwa dirinya dibuktikan kehadirannya oleh dedaunan yang selalu melambaikan kebahagiannya pada manusia.
Gelora semangat langit bermatahari benar membakar kulit dan hati para mahasiswa itu. Api itu dibawa mereka setiap waktu yang membuat otak dan hati mereka melebur menjadi abu tak berperasaan. Setiap perkataan harus dipaksa diyakini orang lain, itulah bagaimana mereka mempertahankan argumen mereka di bawah langit yang tersenyum dan awan yang melongo karena tingkah mahasiswa ini. Hal lucu pun tidak teirndahkan ketika salah satu dari mereka merasa menang dan merasa kalah. Namun semangat langit membara tetap tercurah pada jiwa mereka setiap detik, jam, dan hari.
Itulah dinamika kehidupan layakanya awan yang lebih tersenyum lebar di hadapan langit yang membuat tanah, sungai dan dedaunan merasakan nikmat yang berbeda dari biasanya, yaitu air yang melimpah ruah. Mulut manusia pun tak berhenti berkomat-kamit berharap air ini akan membawa lebih manfaat daripada mudharat. Namun, langit awan pun sudah tahu bahwa nikmat Tuhan selalu membawa manfaat jika manusia menyadari bahwa dinamika kehidupan, siklus alam yang berganti, langit tersenyum, awan menangis, sungai meraung, dan laut menghempas, adalah bukti cinta Tuhan pada mereka yang terus membakar dirinya dengan semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?