MENU

MENU : TERAS I MESSENGER OF PEACE I CURHATAN HATI I SASTRA & CERITA I PENGALAMAN HIDUP I IDE DAN TIPS I PRAMUKA I TENTANG TEGAL I


Instagram Instagram

Senin, 25 November 2013

Klien dan Konselor, Pengalaman tak Terlupakan!

Guys, thank for reading my blog. Although my blog is not good as your hope but for me it is enough for expressing my feeling and experinece. 

Ceileh, pakai bahasa Inggris segala. Iya nih, ngerasa bego bet karena ngebacot bisa pakai bahasa Inggris (walau grammar dan pronounce acak adut) tetapi kalau nulis dengan bahasa Inggris, tulisannya sampai gak bisa dibaca. Keknya lebih enak pakai  bahas formal. Gimana? Lets do it!

Kesempatan kali ini saya hanya sekedar menceritakan sepenggal pengalaman hidup saya selama seminggu terkahir ini. Ada suka dan ada suka di setiap bagian. Namun, entah kenapa hidup ini lebih terasa berwarna bersama teman dan guru baru. Alangkah tidak menyenangkan kalau saya menyebutkan nama dan tempat detailnya pengalaman saya. Saya akan menceritakan secara global saja bahwa kompetisi atau keadaan mendesak atau paksaan membuat otak kita merespon lebih cepat daripada biasanya. Benar guys, perasaan deg degan, perasaan seakan dipaksa (walau bukan dipaksa istilahnya), atau keadaan ketika kita dituntut untuk bergerak cepat dan merespon lingkungan kita dengan baik dan kepala tetap dingin. Itu sulit ternyata, Kita diharuskan mengendalikan keadaan kondisi kita agar otak tetap berjalan, agar hati kita mudah berempati, dan agar sikap kita tetap dijaga itu sulit. 


Waktu itu, semua makanan yang saya makan hampir saya muntahkan. Oleh karena itu, saya tidak makan apa pun di hari itu. Air putih pun saya muntahkan kembali. Hal itu terjadi mungkin saya merasa tegang dan gugup. Cara yang saya bisa lakukan adalah tertawa lebih keras sebenarnya tetapi panitia tidak mengizinkan bersuara terlalu keras. Hal itu membuat saya terpojok walaupun akhirnya saya tetap tertawa. Haha.

Lalu ketika kegiatan pun dilaksanakan, saya dan kawan saya masuk ke dalam ruang yang membuat bulu kuduk berdiri. Saya merasa bingung apa yang saya harus lakukan pertama kali. Namun, kawan saya dengan cekatan melakukan hal yang seharusnya memang dilakukan yaitu menyiapkan segala sesuatu sesuai rencana. Saya pun berusaha untuk memulai 'konsultasi' dengan memberikan senyum kepada kawan saya (Menurut saya dia sangat baik merespon ucapan dan tindakan). Klien pun datang ke ruangan kami. Jujur, saya senang dan bangga waktu itu karena saya merasa sejajar dengan mahasiswa universitas negeri tertua di Indonesia tersebut.  Pertanyaan demi pertanyaan kami ajukan kepada klien seakan kami profesional. Haha. Pernyataan pun meluncur dari mulut klien.

Otak dibuat lebih cepat berpikir. Memikirkan bagaimana agar klien tetap nyaman dengan kami, mimikirkan bagaimana klien mau bercerita semuanya kepada kami tanpa ragu, bagaimana klien mau percaya kepada kemampuan kami, bagaimana kami meyakin klien kalau kami mampu memecahka solusi dia, bagaimana klien merasa sedikit atau banyak terbantu atas saran yang kami berikan. 

Otak dan hati bekerja lebih cepat daripada biasanya. Bagaimana mengajukan pertanyaan yang relevan dengan bahasa Inggris yang mudah dipahami oleh klien, bagaimana mengajukan pertanyaan di waktu yang tepat, bagaimana merespon kesedihan dan kegalauan klien, bagaimana menanggapi masalah klien, bagaimana mengatasi masalah klien, bagaimana memberkan alternatif solusi tanpa memberatkan klien, bagaimana otak berpikir mencari options yang tepat dan klien menerima option kita, bagaimana menawarkan lebih dari satu option sehingga klien dapat memilih mana yang lebih baik, dan bagaimana kami mengolah kalimat dengan baik dan tertata dengan baik.

Kekompakan tim sangat diperhatikan karena kami  bukan pemilik dan sekretaris, kami adalah sama dalam hal kapabilitas. Kadang saya menyeletuk hal yang tidak perlu diucapkan seperti 'financial advices'. Sangat wajar karena dasar ilmu saya adalah akuntansi, bisnis, ekonomi, atau sejenisnya dan  bukan hukum. Hukum saya pandang hanya sebagai caraq saja sedangkan pertimbangan keuangan atau sosial lebih menjadi patokan dalam bertindak. Hukum tinggal mengikuti saya kemauan masyarakat (klien). Sedangkan teman saya kadang memotong pembicaraan klien (saya sebenarnya kaget ketika dia langsung mengajukan pertanyaa karena saya masih mencoba menganalisis masalah klien). Kami baru belajar dan sangat berpotensi untuk mengembangkan daya analisis dan berpikir cepar memberikan solusi dan pemecahan masalah.

Halyang tidak menyenangkan adalah tim saya kurang mendengarkan klien dan terlihat mengintimidasi layaknya reporter padahal klien sedang berkonsultasi dengan kami. Itulah kekurangan fatal kami yang harus diperbaiki dalam kegiatan (kehidupan) selanjutnya. Listen to the client! Ok, kami akan berusaha keras memperbaiki kekurangan kami. Ilmu kami pun belum mumpuni dan harus terus belajar. Kami kadang telat tahu apa masalah sebenarnya (Tentu, bahasa Inggris si klien sangat baik sampai telinga kami tak mampu mencerna pernyataan dia).

Hal baik yang kami lakukan adalah kami cukup kompak untuk melakukan interaksi dengan perkenalan yang baik dan ramah dengan klien. Pertanyaan diajukan secaraq struktural dari bawah menuju puncak. Kami pun memberikan alternatif solusi kepada klien. Misal klien ingin keluar dari perjanjian karena alasan tertentu. Tetapi sebelum kami memberikan solusi hukum, kami memberikan solusi alternatif lain yang tidak pernah terpikirkan oleh klien (cukup kreatif menurut juri). Contoh lain adalah klien takut kalau kreditur mengambil alih barang miliknya (padahal kreditur PT lain yang mempunyai kontrak dengan klien). Jelas, barang milik elklien tidak akan diambil karene itu milik klien bukan milik debitur (itu pelajaran yang saya terima sekian tahun sebelumnya, akhirnya berguna juga). Lalu yang bisa kami sarankan adalah mengadakan pertemuan dengan pihak lain di kontrak. 

Kami selalu mengajukan hal musyawarah sebagai cara pertama karena jelas Indonesia menganut asas kekeluargaan. Kontrak pun atas kesepakatan kedua belah pihak. Ada konsekuensi hukum, sosial, dan ekonomi jika ada wanprestasi atau pemutusan secara sepihak. 

Kawan, tim saya tidak terlalu mengecewakan sebenarnya karena nilai kami mungkin berselisih satu atau dua di bawah tim yang masuk empat besar. Overall, kami bangga lah walau sedikit kecewa  karena kami mungkin hanya butuh dua atau tiga poin lagi untuk masuk final. Tapi proses itu tetap saya yakini sebagai hal penting dalam hidup. Proses di mana harus belajar lebih daripada yang lain, berjalan lebih banyak daripada yang lain, berpikir lebih cepat daripada yang lain, berbicara lebih halus daripada yang lain, bekerja sampai larut, dan tetap tersenyum walau tegang. Siapa yang mampu membayar pengalaman berharga seperti ini? Uang tidak akan mampu membeli apapun di dunia ini apalagi perjuangan


Semangat untuk tim yang berangkat ke Puerto Rico. So envy, but we proud of you as Indonesia delegation. 






*ICCC, national round

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?