Entah bagaimana caranya aku bisa bangun pagi jam setengah empat dan tidak tidur kembali. Walau akhirnya sekitar jam lima pagi aku menitikkan air matan. Aku menulis kata demi kata di atas blogku dan aku hampir mati menahan tangis sendiri. Kucoba meraih telpon genggamku dan kupencet nomor Bapak.
Aku menanyakan, apakah ibu setuju dengan hasil kemarin? Jujur dalam hati terdalam aku selalu bertanya--> Kenapa aku masih ada di sini padahal aku tidak suka. Kenapa? (Jujur, saat nulis ini, aku pengin nangis banget). Bapak bilang, bapak gak tahu, semua keputusan ada di ibu.
Ibu, bilang ibu pikir-pikir dulu dan ibu tidak setuju karena ada keterbatasan yang dimiliki orang tua. Jujur, aku merasa dunia ini akan runtuh dan reruntuhan itu jatuh tepat jatuh di atas kepalaku. Tangisku pecah, Ibuku bertanya, kenapa nangis. Aku bilang gakpapa. Ibu nanya lagi, dan aku selalu bilang gakpapa.
Aku kan dah bilang aku mau bilang apa, aku udah bilang semua selama tiga tahun ini. Aku gak mau di sini. Dari semester awal aku dah bilang. Ibu cuma bilang, kamu gak kasihan. Aku harus korbanin apalagi coba bu. Aku cari tambahan uang walau gak seberapa, aku ngalah demi adik2 bu. Aku ninggalin mimpi, aku kurang apa coba ibu, Kurang apak coba.
Ketika ternyata semua yang aku minta didapat, malah kau tidak senang dan sama sekali tidak mendukung, sebetulnya maumu apa Bu? Kenapa ibu tidak berpikir yang baik bagiku. Ya memang orang tua tidak akan menjeremuskan anaknya. tapi, liat ibu, Aku jadi gila di sini. Apa?
Lihat yang ada hanya kemunafikan, aku benci dengan kemunafikan yang ada di depan mata. Mungkin aku terlalu idealis, tapi ini adalah kenyataan orang-orang di sini penuh dengan borok, termasuk aku, Bork yang mereka pendam , padahal borok itu adalah mimpi yang terbuang dan tidak terpelihara. Lalu hanya menjadi daging busuk yang terus mengeluarkan ulat belatung.
Sekarang aku hanya bisa diam dalam tidur dan berjuang sendirian di sini tanpa dukungan siapapun di sini. Akhirnya aku menyerah pada mimpiku sendiri.
Bung, engkau tahu, aku menunggu datangnya pagi di stasiun Senen bersama orang-orang yang polos yang datang ke ibu kota,. Turun dari kereta Tawang jam 3 pagi, tidur di bis menunggu pagi. Tidur bersama kernet dan sopir bis. Aku lakukan tidak cuma sekali. Dan aku merasa enjoy. Tiba-tiba kau bilang, kalau aku diperdaya orang lain. Lalu aku ini apa Bu? Ya, aku hanya pesuruh, orang yang disuruh bolak balik mengeluarkan tenangyan membawa beban berat dari Jakarta ke Semarang. Dan tetap kau bilang aku diperdaya. Sakit banget Bung, Sakit.
Lalu buat apa aku ke Jogja bolak balik untuk mencari kerjaan, lalu harus kembali ke Jakarta, pergi lagi ke joGJA BALIK lagi ke Jakarta karena da foto ijazah. Lalu aku masih dibilang diperdaya? Ya aku diperdaya oleh akal dan pikiranku.
Kalau kau sebut itu sebagai hal bodoh, maka aku akui aku orang bodoh, karena mau ke Jakarta, hanya krena foto Ijazah.
Kalau kau sebut itu sebagai hal bodoh, maka aku akui aku orang bodoh, karena mau ke Jakarta, hanya krena foto Ijazah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?