MENU

MENU : TERAS I MESSENGER OF PEACE I CURHATAN HATI I SASTRA & CERITA I PENGALAMAN HIDUP I IDE DAN TIPS I PRAMUKA I TENTANG TEGAL I


Instagram Instagram

Senin, 25 Februari 2013

Tanah Airku dan Wanita

Lagu Tanah Airku by Ibu Sud

Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupkuBiarpun saya pergi jauhTidak kan hilang dari kalbuTanah ku yang kucintaiEngkau kuhargai*courtesy of LirikLaguIndonesia.NetWalaupun banyak negri kujalaniYang masyhur permai dikata orangTetapi kampung dan rumahkuDi sanalah kurasa senangTanahku tak kulupakanEngkau kubanggakan


Kali ini saya mencoba untuk mengisi blog saya dengan bahasa Indonesia. Setidaknya saya baru menonton film tahun 2012 berjudul Tanah Surga ... Katanya! Film ini menceritakan mengenai kehidupan masyarakat Indonesia yang berada dekat dengan Malaysia, yaitu masyarakat Kalimantan. Kebanyakan penduduk di sana lebih suka bekerja dan tinggal di wilayah Malaysia daripada di Indonesia karena keterbatasan fasilitas dan transportasi di wilayah Indonesia. Dalam bidang pendidikan pun mereka hanya memiliki satu sekolah dengan hanya satu guru yang tersedia. Bagaimana bisa pintar dan maju dengan pendidikan ala kadarnya seperti itu. Salah satu murid, Salman namanya, sosok anak yang sangat sayang kepada kakeknya. Kakek Salman selalu memberikan semangat cinta tanah air kepada Salman. Salman terdidik untuk selalu cinta negerinya. Acap suatu kali dia melihat kain bendera Merah Putih dipakai orang negeri seberang untuk menutupi dagangan atau sebagai alas. Akhirnya Salman menukar sarung baru yang baru dia beli dengan kain merah putih tersebut dan dia kibarkan sepanjang jalan, bukti polos seorang anak yang bangga akan negerinya yang kaya.

Saya di sini ingin menulis mengenai pendapat saya tentang budaya. Saya dapat menanggapi beberapa hal karena saya sangat dekat dengan lingkungan pendidikan, ayah dan ibu saya adalah tenaga pengajar di sekolah negeri di Tegal. Budaya Jawa sangat kental di keluarga kami, terlebih dari ayah, karena beliau sebelumnya penari jawa sewaktu masih di Yogyakarta maupun di Tegal  di kala mudanya. Setiap hari pun dengungan lagu jawa maupun musik gamela mengayun tiap malam. Sesungguhnya saya tidak tahu benar apa artinya, karena bahasa yang digunakan sangat asing di telinga. Ya, saya tinggal di Tegal dan jauh dari budaya keraton atau kerajaan. Walaupun terdengar asing, sebenarnya saya sangat senang mendengar nada nada yang keluar dari tape ayah saya. Langgam jawa yang mungkin bagi orang luar Jawa seperti lagu pemanggil arwah, itu hanya guyonan yang tidak benar. Mereka indah dan sendu. Tanpa melihat liriknya pun saya tahu itu berisi filosofi kehidupan dan nasehat. 

Menari. Saya tahu cara bergerak dan memulai gerakan dan sangat detail terhadap gerakan, tidak mengubah hal yang sudah ada di depan mata. Itulah saya jika belajar menari jawa. Saya bolak balikan video dan putar kembali agar saya paham betul gerakan tari jawa tersebut. Saya bisa otodidak untuk belajar tarian jawa dan jika sudah agak putus asa karena gerakan yang sulit, saya ganti dan ubah menjadi simpel tetapi tidak keluar pola dan alur, karena gerakan tarian jawa itu berpola dan berulang ulang. 

Filosofi tarian jawa mungkin belum mengena dalam diri saya, karena seharusnya putri jawa orang yang lemah lembut. Sedangkan saya termasuk gadis modern yang lebih mengikuti perkembangan zaman, berjalan cepat, berbicara langsung pada intinya, dan memaparkan pendapat sesuai apa yang terjadi di sekitar. Namun saya sangat menghargai filosofi yang ada dalam tarian Jawa. Namun ada kalanya wanita yang berani, seperti pada tarian Cakil dan Srikandi. Bagaimana Srikandi berperang melawan buta Cakil yang seram dan besar. Dengan menggunakan kekuatan akal tak hanya tenaga, Srikandi berhasil mengalahkan Cakil. Inilah sosok wanita yang hidup di abad 20-an. Wanita yang tangguh, tekun, dan mampu bekerja keras menghadapi segala bentuk tekanan kehidupan, dari urusan rumah tangga, masalah diskriminasi, ketidaksetaraan gender, dan bentuk kekerasan fisik maupun mental. 

Menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan membeberkan hasil survei kekerasan terhadap perempuan pada 2011. Dalam pemaparan survei ini disebutkan, ada sekitar 119.107 kasus kekerasan terjadi pada perempuan. Jumlah ini didapat dari 395 kembaga layanan perempuan korban kekerasan di 33 provinsi di Indonesia.Angka ini meningkat 13,32 persen dari tahun lalu, 105.103korban. 

Lalu mengapa muncul tarian Srikandi dan Cakil, atau mungkin kita tidak langsung bertolak kepada tarian. Megapa tokoh Srikandi muncul? seorang prajurit wanita yang gagah berani melawan keangkaramurkaan. Sejarah budaya kita teryata mampu memprediksi perkembangan zaman dan perubahan era, di mana ada waktu ketika perempuan diberi kesempatan untuk berada di depan dan berani mengakui keberadaanya di muka bumi ini. Lihat saja ketika Srikandi merupakan tokoh wayang wanita, istri dari sang rupawan nan bijaksana Arjuna, dengan simbol panah yang acapkali ada saat permainan wayang kulit, membuktikan bahwa tidak hanya pria yang mampu membawa senjata, tetapi wanita juga mampu membawa senjata dan menggunakannya untuk melindungi dirinya sendiri minimal dan bahkan orang lain. Panah, tidak serta merta diartikan dengan senjata secara fisik. Bisa simbol kebendaan maupun simbol tidak terlihat lainnya, yaitu keberanian wanita. 

Keberanian wanita mungkin muncul dari rasa ketidakberdayaan untuk terus di bawah ataupun muncul dari kepercayaan diri yang dipengaruhi lingkungan luar maupun dalam. Tetapi hal yang dapat dipastikan bahwa kepercayaan diri wanita untuk bangkit muncul karena dorongan dari orang terdekat, suami,anak ataupun keluarga. Lihat kadangkala wayang Srikandi berada di depan Arjuna, Srikandi membawa panah dan Arjuna di belakangnya. Inila bentuk dukungan yang terlihat dari bentuk wayang. Dukungan untuk bangkitlah yang membuat Srikandi Indonesia bangkit dari keterpurukan, dikriminasi gender, kekerasan, dan keterbelakangan. Sesama wanita minimal saya memberikan dorongan moral kepada sesama untuk bahu membahu mengubah mind set yang terlalu ekstrem terhadap wanita. 

Wanita iku wani ditoto, menurut filosofi jawa, tapi yang menata harus berilmu dan berahlak baik. Wanita cenderung pula terkait dengan sumur, kasur, dan dapur. Kita lihat perumpaan nyata pada Candi Sukuh, terlihat patung Bima dan Arimbi yang saling membelakangi. Bima yang menghadapa depan artinya memimpin alur kehidupan berkeluarga, sedangkan Arimbi menghadap belakang artinya dia bertugas untuk urusan dapur, kasur, dan sumur, seperti mencuci piring,membesarkan anak, dan melayani suami. Arrtinya pula wanita itu wani di tata (mau diatur) sebagai istri oleh suaminya. Suami pun harus bertanggung jawab dan tidak selingkuh. Begitulah kiranya penjelasan dari beberapa sumber (http://www.lenteratimur.com/erotika-solo/)

Menurut orang sekarang,mungkin ini terlalu kolot dan kuno. Kadang pula saya merasa filosofi ini tidak adil, mengapa saya harus di dapur dan sumur terus? Inilah akhirnya tokoh Srikandi muncul. Menurut pendapat saya, tugas wanita menurut orang Jawa adalah berada dan selalu sedia untuk keluarga di rumah. Itu kewajiban utama wanita, tidak dapat dielakkan dan tidak ada sangsi akan hal itu. Srikandi muncul untuk membuktikan bahwa wanita itu kuat di luar dan dari dalam, mampu menjaga keluarganya namun sanggup berperang melawan Cakil. Maknya bahwa kewajiban kita tetap terpenuhi namun tidak dibatasi bahwa kita hanya ada di dalam rumah. Bukan itu maksudnya. Percaya bahwa kita bisa membantu keluarga dengan keluar, misal bekerja untuk membantu suami, atau membuat perkumpulan sosial dengan lingkungan sekitar, berbagi ilmu yang kita dapat dari sekolah kepada masyarakat, dan kegiatan positif lainnya yang dapat menumbuhkan kepercayaan diri kita.

Sekian beberapa kalimat dari saya. Ini merupakan hasil karya terpanjang yang saya buat, walau tidak sinkron antar bagian depan dan isi, tetapi setidaknya sudah berusaha.
THX 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?