Menjadi warga negara Indonesia dapat dibilang menjadi bagian dari negara ini, bukan? Tiak perlu menjadi pegawai negeri, guru, polisi, menteri, bahkan presiden pun, dengan KTP Indonesia merupakan salah satu bentuk bagian dalam diri kita menjadi Indonesia, or we can it as Being An Indonesian. Namun, apakah sudah banggakah kamu menjadi bagian dari dirinya (baca INDONESIA)?
kadangkala bangga muncul ketika ada prestasi yang dia (siapa?) ciptakan. Misal, karena Indonesia mendapat medali emas dari kejuaraan Bulu Tangkis, maka kita merasa bangga menjadi orang Indonesia. Barangkali ketika Indonesia menjadi tuan rumah Miss World, kita meraa bangga Indonesia menajdi bagian dari dunia yang aktif menyelenggarakan ajang kecantikan tersebut. Namun, sayangnya kebanggaan itu muncul saat orang di laur sana( orang lain ) yang melakukan sesuatu untuk Indonesia, bukan karena diri kita sendiri, sehingga kita bangga menjadi orang Indonesia.
Melakukan sesuatu yang membanggakan Indonesia, saya pastikan, bakal lebih membuat Anda merasa lebih bangga pada Indonesia, haha terkecuali orang yang terlalu percaya diri yah (menganggap negara tidak memberikan konstribusi apapun kepada Anda). Saya membicaraka diri saya sendiri. Impian saya sendiri sebenarnya melakukan sesuatu yang berguna bagi negara saya dan sekaligus berguna bagi saya sendiri. Saya yakin kalau itu berguna bagi negara dan orang banyak, itu pasti berguna bagi saya, sehingga saya tidak akan membantah itu. Tuhan memberikan banyak jalan kepada saya apakah akan memilih jalur swasta tau privat untuk berbakti kepada negara atau jalur negeri untuk memngharumkan negeri saya. Saya berusaha keras untuk keluar dari zona kenegerian dan memilih jalur swasta, tetapi tangan Tuhan meletakkan saya pada keadaan seperti ini, dan saya akan mengatakan, saya tidak bisa untuk tidak mengatakan TIDAK MENYESAL. I never doubt it. Feeling honuor to be here.
Malam itu adalah malam puncak di mana para taxpayers berlomba-lomba untuk melaporkan laporan pajaknya. Saya yang mulai duduk di kursi depan dari pukul 07.30 pagi sampai pukul 19.00 tidak dapat menyembunyikan raut muka lelah, tetapi saya dan teman-teman saya tetap berusah tersenyum menyambut mereka. Perjuangan untuk mencapai target adalah hal yang mungkin sangat jauh dari pekerjaann saya karena pekerjaan saya menerima laporan. Namun, malam itu menjadi turning point bagi saya untuk berpikir kembali apakah saya benar-benar menyesal hidup dan bekerja di sini? Saya tidak yakin lagi. Saya serasa menjadi bagian perjuangan negeri ini untuk memperoleh uang yang ke depannya digunakan untuk membiayai kehidupan negara ini. Bersama bergotong royong dengan masyarakat iuran untuk negara (bahasa halusnya), karena kehidupan bernegara adalah hasil dari kesepakatan untuk memikul beban negara bersama-sama.
Saya akhirnya merasakan bahwa saya sedikit berguna juga lo untuk ngara, baru sedikit konstribusi saya bagi negara ini, tetapi ada kebanggaan tersendiri bahwa target tercapai kalau aku bisda nginput lebih cepat (tidak juga sebenarnya). Minimal tax payers merasa lega sudah melapor walau sudah pukul 21.00 malam itu.
Target pajak cukp tinggi (apakah benar?) saya rasa tidak cukup tinggi. Yah, bisa dibilang kita belum mendapatkan cara agar negara ini dapat menggali kepatuhan taxpayer lebih maksimal. Target pajak Indonesia itu hanya setengah dari kekayaaan yang dimiliki oleh pendiri facebook, Mark, yaitu 1294 triliun, sedangkan Mark memiliki kekayaan 600 triliun. Hah? sedikit sekali kan target pajak kita. Warga negara Indonesialah yang kaya. Ketika orang-orang Indonesia kaya dan baik hati seperti Mark, saya yakin target pajak sebesar apapun akan tercapai.
Kami pegawai pajak di kota kami sudah berusaha semaksimal mungkin, saya akan menilai diri saya sendiri. Saya yang hanya pegwai pelaksana saja harus pulang larut malam untuk mengerjakan pekerjaan (yang tidak terlalu rumit), apalagi para penanggung jawab tax payers, atau biasa disebut AR dan para pemeriksa.Mereka pasti lebih lelah daripada saya, kenapa saya harus berleha-leha sedangkan teman-teman saya sama-sama berjuangnya dengan saya. Satutujuan satu arah, itulah satu dari sekian alasan saya tetap duduk di kursi saya sampai saat ini.
Sangat disayangkan orang di luar sana yang menganggap aparatur negara sebagai bagian dari orang yang enak, tinggal duduk dapat gaji, tidak seprti pegawai swasta atau pengusaha. Saya katakan kepada kalian yang menganggap bahwa hidup kami enak dan tinggal duduk santai-santai, kami sama sepeti kalian, sama memperjuangkan hidup pribadi masing-masing. Namun, ingat kami tidak memikirkan diri kami sendiri, kami juga memikirkan anak-anak di jalanan yang tidak dapat sekolah, berpikir bagaimana mereka dapat sekolah. Kami juga memikirkan para nelayan yang bekerja keras bekerja pada malam hari, bagaimana mendapatkan solar dengan harga terjangkau. Kami juga harus mau tidak memikirkan bagaimana tukang becak di luar sana untuk tetap mengayuh di jalan, bagaimana jalan tidak bolong-bolong dan layak digunakan. Orang kaya orang miskin, tetap kami harus pikirkan.
Lalu, kalau hidup kami enak, mengapa kalian tidak menjadi bagian dari kami? Menertawakan dan menganggap kami hanya bermain-main dengan gaji kami?
saya membalas kalimat teman saya yang kala itu membandingkan pegawai swasta, pengusaha, dan pegawai negeri. Kita semua sama, yaitu saling berjuang memunculkan rasa bangga kepada bangsa ini dengan cara masing-masing. Lakukan dengan baik yang kalian lakukan tanpa perlu mencatut nama kami untuk dibandingkan dengan pilihan hidup kalian.
Saya akhirnya harus memilih ini. Kalian memilih itu.
Tuhan Maha Adil.
Tahun 2016 harus Press to The LIMIT!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?