Mengetahui Kualitas Diri
Setiap orang pastinya ingin mengetahui seberapa baik kualitas dirinya. Termasuk saya pun salah satu manusia yang ingin mengetahui kualitas diri saya sendiri. Kualitas diri ini meliputi banyak hal. Saya tentu bukan ahli psikologi yang mampu mendefinisikan kualitas diri seseorang. Saya belajar dari pengalaman yang saya punya tentunya.
Apakah ada orang yang tidak mau tentang kualitas dirinya? Adakah orang yang tidak tahu kualitas dirinya sebaik atau seburuk apa? Apakah perlu orang mengetahui kualitas atas dirinya?
Semua jawaban ada di benak teman masing-masing.
Salah satu cara bagi saya untuk mengetahui kualitas diri adalah menantang diri kita sendiri, menantang untuk mencoba hal yang baru. Contohnya adalah ketika mengikuti kompetisi atau pun seleksi. Mungkin terkesan terlalu berambisi, tetapi itu hanyalah suatu cara, bukan. Saya waktu itu mencoba untuk mengikuti olimpiade Astronomi kelas X SMA. Saya tidak pernah mengikuti lomba akademik sebelumnya, sehingga saya ikut ajang tersebut. Meskipun saya pintar di dalam mata pelajara di kelas, saya tidak pandai untuk berkompetisi di luar karena saya akhirnya tahu bahwa saya tidak setekun dalam hal belajar di bidang akademik ala kertas. Lalu kenapa saya mencoba? Pertama, saya ingin tahu seberapa besar niat saya untuk melakukan suatu hal. Ternyata niat saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan ketekunan. Saya pun gagal. Saya merasa kecewa tetapi akhirnya saya tahu satu hal, saya tidak pandai dalam bidang Astronomi walaupun saya suka Fisika.
Kala SMP kelas dua saya mencoba untuk pertama kali ikut kompetisi pidato Bahasa Inggris tingkat SMP se-Kabupaten. Saya canggung dan tidak percaya diri karena itulah tahun saya diberikan kepercayaan untuk tampil bersama kawan-kawan yang lain. Saya gugup dan akhirnya gagal. Namun, satu hal yang saya pelajari dari pengalaman itu adalah, usahakan untuk tidak gugup saat di depan panggung. Walaupun saya sudah hapal pidatonya, tetapi ketika grogi, ya Wallahualam.
Tahun kedua saya tidak mencoba untuk lomba Astronomi, tetapi mencoba lomba Pidato Bahasa Inggris karena minat terhadap Bahasa lebih besar daripada akademik. Hehe. Saya dan kawan-kawan pun menjadi langganan juara di tingkat Kabupaten, Karesidena, bahkan Provinsi, walaupun belum juara pertama. Pelajaran berharga bahwa akhirnya karena berani menantang diri sendiri kita tahu bakat kita dan yang bukan bakat kita. Walau mungkin saya bisa memaksakan diri untuk belajar Astronomi, ternyata saya tidak bisa dipaksa.
Suatu waktu saya berkata dalam diri saya, kalau ajang pidato biasa saja, ya. (Tantang terhadap diri sendiri meningkat). Saya memberanikan diri (asal coba-coba) ikut seleksi pertukaran pemuda ke Australia. Alasan saya ikut ini adalah sebenarnya ingin menjajal kemampuan bahasa Inggrisyang sudah dilatih dari SMP tetapi tidak digunakan secara langsung di masyarakat. Saya ingin benar tidak orang tahu apa yang saya katakan. Simple bukan alasan saya dan saya tidak menyampaikan alasan ini kepada dewan juri karena alasan ini tidak akan menjadi pertimbangan beliau. Alasan ini adalah murni alsan dari lubuk hati saya yang terdalam.
Saya gagal dan akhirnya tetap menangis. Saya terlalu berharap dan terlalu percaya diri akan kemampuan saya. Ternyata kemampuan saya tidak ada apa-apanya. Satu pelajaran berharga lagi yaitu jangan cepat berpuas diri dan terus asah kemampuan diri. Pelajaran kedua adalah saya harus belajar bagaimana harus bangkit dari keterpurukan dan kegagalan yang ada karena betul Kegagalan adalah kesuskesan yang tertunda. Allah tidak pernah mengharamkan kegaggalan, Allah mengharamkan keputusasaan. Akhirnya di tahun yang sama saya mendapatkan kesempatan Summer Course di Tiongkok Ramadhan tahun lalu.
Ilmu yang saya dapatkan dari menantang diri sendiri adalah saya bertemu orang-orang hebat dan saya dapat belajar dari orang tersebut. Misalnya, bagaimana berbicara yang baik, bagaimana menjawab pertanyaan dengan baik, bagaimana berdiskusi yang baik, dan lain-lain. Akhirnya saya mempunyai kepercayaan diri untuk mencoba hal yang baru lainnya. Memang benar langkah yang panjang harus dimulai dari satu langkah kecil terlebih dahulu. Saya tidak akan pernah tahu bahwa kegagalan itu menyedihkan kalau sya tidak pernah mencoba. Saya tidak tahu bagaimana berhadapan dengn dewan juri kalau saya tidak pernah mencoba. Saya tidak pernah tahu bagaimana rasanya penyesalan kalau saya tidak pernah melakukan banyak hal.
Saya masih muda dan masih punya banyak harapan. Saya berharap saya menjadi orang yang bermanfaat bagi orang-orang di sekeliling saya. Manusia diciptakan dibumi memang dijadika Allah sebagai kafilah pemimpin bumi untuk menimba ilmu dan dibagikan pada kafilah-kafilah lainnya.
Mengerjakan hal pertama kali itu sulit. Apalagi jika itu gagal. Mengerjakan apa yang sebelumnya tidak pernah dikerjakan, dengan tujuan kita akan belajar bagaimana mengerjakannya. Selayaknya kita tidak akan pernah mampu berjalan kalau kita tidak pernah mau berjalan. Bukan karena kita sudah pandai berjalan sehingga kita berjalan, melainkan karena memang kita belum pernah berjalan dan kita akan belajar bagaimana untuk berjalan.
Cerita pengalamn yg bagus,tetep semngat dan pantang menyerah :D
BalasHapus