MENU

MENU : TERAS I MESSENGER OF PEACE I CURHATAN HATI I SASTRA & CERITA I PENGALAMAN HIDUP I IDE DAN TIPS I PRAMUKA I TENTANG TEGAL I


Instagram Instagram

Minggu, 17 Mei 2015

hidup adalah mencoba


Hidup Adalah Mencoba, Action!

Bismillah.Tiap langkah adalah bismillah. Demikian saya pun masih terus belajar mengingat Allah di setiap akan melangkah. Mengutip Buku Rifai Rifan, Man Shabara Zhafira, manusi itu mencoba berjalan, mencoba bersepeda, mencoba lulus kuliah, mencoba membangun bisnis, mencoba membangun keluarda, mencoba bertahan, dan mencoba hal lain. Dua puluh dua tahun saya hidup, setidaknya memang saya tidak pernah merasa benar-benar merasa ada di puncak kesuksesan karena selama ini saya hanya mencoba. Bangga datang dan kemudian waktu berjalan menghilangkan rasa bangga. Namun, setidaknya ada banyak rasa yang berkecamuk di dalam hati kala mengalami proses mencoba.



Pernah suatu kali saya mencoba untuk mengikuti seleksi pertukaran pemuda ke Australia tahun 2014, tepatnya bulan April di Semarang. Kala itu saya tidak ada persiapan kecuali memang saya sudah menyukai Bahasa Inggris semenjak Sekolah Menengah Pertama. Dari beberapa puluh peserta, kemudia di ambil 10 besar. Dari 10 besar di ambil lima besar untuk seleski wawancara. Wawancara adalah fase puncak di mana hanya akan dipilih satu orang yang akan dikirimkan ke Australia sebagai Delegasi Indonesia. Ada banyak jenis wawancara kala itu dari kepribadia, pengetahuan, kesiapan mental, dan kemampuan bahasa Inggris. Ada satu pewawancara yang membuat saya sesenggukan ketika harus menjawab pertanyaan beliau. Saya kala itu tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan terkait kesiapan saya secara waktu dan mental untuk berangkat. Ada kendala yang membuat saya harus memilih orang tua atau pergi ke Australia. Saya berangkat tanpa memberitahu secara detail kepada orang tua karena memang selama ini saya bertindak atas diri saya sendiri.

Saya gagal dan saya menangis sejadi-jadinya. Saya menyalahkan orang tua karena orang tualah yang memberatkan hati ini untuk melangkah maju. Saya menyalahkan diri saya karena saya memilih sekolah kedinasan yang menghalangi jalan saya untuk meraih impian saya. Saya marah dan berharap saya tidak akan melanjutkan kedinasan saya.

Pada hari ini ketika saya mengetikkan kalimat di atas, hati ini tetap merasa menyesal dan hampir menitikkan air mata kembali. Namun, saya harus sadar bahwa tugas saya sebagai manusia adalah mencoba. Saya tahu saya gagal dan itu membuat saya membuat perhitungan yang sangat matang untung langkah selanjutnya. Saya pasti akan merasa sangat lebih menyesal karena saya tidak mencoba seleksi tersebut sama sekali. Pada tahun 2015 saya berpikir apakah saya akan mencoba lagi atau tidak. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak berangkat dahulu. Saya akan ikut lagi tahun depan karena saya masih dalam status training bekerja. Saya agak menyesal karena saya gagal untuk mencoba, merasa sok sokan akan masuk seleksi. Namun, saya bertekada akan ikut tahun 2016. Bismillah. Saya tidak boleh putus asa dan terus mencari informasi tentang penulisan makalah dan lain-lain.

Jujur kadang saya merasa pada teman-teman yang diberikan kesempatan menyampaikan paper mereka di Turki, Malaysia, bahkan Amerika. Saya yakin jika saya berada di sana saya akan diberikan kesempatan yang sama bahkan mungkin lebih. Namun, saya susah untuk menjadi anak nakal yang lebih memilih ego sendiri sedangkan saya masih tidak dapat membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Lagi lagi kesalahan saya yaitu takut untuk menjadi nakal dan takut mengambil resiko. Namun, ketika saya mengambil pilihan resiko lain akan muncul, yaitu terkekang pada peraturan sebagai abdi negara. Setiap pilihan adalah resiko. Entah saya akan memilih hal ini atau pun itu.


Sekarang waktunya memperbaiki kualitas diri dengan membuktikan bahwa kuli negara adalah orang yang berkualitas, mau mengembangkan diri, dan satu lagi, berani mencoba hal yang baru, apa pun itu. Yah, dalam bekerja, saya jarang sekali menghadapi komputer, saya sering menghadapi orang hidup. Berinteraksi, bercengkerama, sampai dimarahi. Itu tidak membuat saya gentar. Hal yang terus saya adalah mencoba, layaknya bahan eksperimen, orang-orang yang saya hadapi saya jadikan bahan percobaan. Jika orang dengan pakaian demikian, saya harus apa, jika orang dengan latar belakang pendidikan demikian, saya harus bertindak apa. Saya melakukan percobaan. Saya merasa lucu pada diri saya sendiri. Kadang saya menyesal melakukan hal ‘itu’ kepada orang tersebut. Kadang saya menyesal karena terlalu kasihan.

Saya tidak dapat tidur saat melakukan percobaan di atas, hampir dua sampai tiga minggu saya tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ketika bangun di pagi hari badan ini merasa tidak beristirahat. Berpikir, berpikir, dan mencoba lagi. Sekarang saya menjauhi orang-orang tersebut untuk berpikir tindakan apa lagi yang akan saya berikan. Hingga akhirnya saya agak sedikit mengerti apa yang saya akan lakukan dan tahapan-tahapan apa.

Semua orang butuh proses, termasuk saya. Tugas saya di dunia ini adalah akhirnya mencoba
Mencoba untuk hidup yang lebih bermanfaat
Mencoba untuk membuat orang mau melakukan apa yang saya minta (hehe)
Mencoba untuk membangun sistem organisasi yang hangat dan harmonis
Mencoba untuk bertahan sebagai kuli negara
Mencoba untuk menjadi dosen
Dan mencoba hal lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?