SIAS INTERNATIONAL UNIVERSITY
I AM COMING . . . .
Tibalah saya di Bandara Zhengzhou, Henan Province,
Republik Rakyat China pada hari Minggu, 6 Juli 2014. Kira-kira pukul empat sore
waktu setempat saya dan Satria sampai juga di tempat tujuan, yaitu tempat kami
akan menimba ilmu selama kira-kira tiga minggu di China. Program yang akan saya
ikuti ialah Scholarship for Leadership Mobility Program Summer Camp di
Universitas Sias, salah satu institusi pendidikan yang berorientasi barat dalam
pola berpikirnya mungkin namun tetap berbudaya ketimuran. Suatu kebanggan bagi
saya bertemu dengan pemimpin-pemimpin mahasiswa setiap universitas di sini.
Mereka adalah ketua di tiap bidang kelimuan mereka dan organisasi di
universitas mereka masing-masing. Watak tegas, berani salah, mau maju, dan
ramah sudah tercermin saat saya bertemu mereka pertama kali di Bandara Zhengzhou.
Kami dijemput Joyce dan Caroline, mahasiswi SIAS di
bandara. Langsung saja kami bertemu teman baru yang terlihat tetap tersenyum
walau capai terpancar di wajah mereka. Saya bertemu anak UKM (universitas
Kebangsaan Malaysia), yaitu Wahab dan Iwan. Eits, tapi Iwan orang Indonesia
yang bersekolah di Malaysia, lho. Kami akhirnya bisa berbicara dalam bahasa
Indonesia atau melayu dengan mereka. Saya bertemu dengan mahasiswa Philipina,
seperti Milton or John, Chester, Van, dan Raymond. Orang Thai pun datang.
Mereka ramah dan murah senyum, seperti Sto, Chan, Ying, dan Aom. Saya
sebenarnya lupa teman manalagi dari Negara lain yang datang bersama di bandara
waktu itu tetapi itulah kira-kira. Kami tidak langsung akrab tetapi berusaha
berteman. Akhirnya orang-orang ASEAN bisa berkumpul di satu tempat untuk
berdiskusi bersama di China, salah satu Negara yang sekarang mempunyai pengaruh
besar di dunia dengan populasi terpadat di dunia namun mampu mengondisikan
rakyatnya dengan baik, menurut saya.
Saya bertemu dengan perempuan Indonesia di Bandara
Hongkong, di mana saya transit selama 6 jam di sana. Dia ternyata juga peserta
summer camp di SIAS, namanya Zuh, dia datang sendiri ke Hongkong, tetapi
akhirnya saya bertemu dia paling tidak dia tidak sendirian. Tahu tidak apa
perasaanku di sana? Akhirnya ketika kita bertemu dengan orang satu Negara
dengan bahasa yang sama di Negara asing atau Negara antah berantah, rasanya dia
adalah saudara kita yang sudah lama tidak bertemu. Saya merasa memiliki teman
yang saling memahami walau itu baru pertama kali saya bertemu Zuh. Kita akan
merasa bahwa walau dia orang Jawa, Aceh, Papua, Lombok, atau Bali sekalipun dan
tidak pernah bertemu sebelumnya kemudian kita bertemu di Negara asing, dia
tiba-tiba menjadi saudara kita. Sungguh sangat menyenangkan, kita merasa
saudara karena kita bersama-sama berjuang membawa nama baik Indonesia di kancah
dunia. Bagaimana tidak mempermalukan minimal diri sendiri dan orang lain adalah
dengan cara bergandeng dengan mereka.
Jujur, suatu kehormatan bagi saya tinggal, bercanda,
tertawa, berjalan, berlari bersama mereka, peserta summer camp dari berbagai
Negara, seperti Malaysia, India, Thailand, Philipina, Bangladesh, Korea
Selatan, dan Brasil di sini. Saya merasa sangat kecil di sini untuk pertama
kali karena saya baru pertama keluar negeri, dan Negara yang saya pertama kali
injak adalah Negara yang ingin saya injak untu pertama kali, yaitu China.
Sungguh sangat menyenangkan bertukar ide, masalah, dan solusi di tiap tiap
Negara untuk ditularkan ke Negara lain karena saya yakin kami adalah generasi
pemimpin selanjutnya yang akan memimpin Negara atau minimal komunitas di daerah
sendiri. Saya bangga menjadi bagian dari mereka, camper yang selalu tersenyum,
suka menari dan menyanyi, berteriak-teriak, banyak bicara, berdebat, tukar ide,
bermain, berolahraga, dan bersenang-senang bersama.
Nanti kita lanjut lagi ya guys ceritanya, tentang
perasaanku dan pengalaman ku di sini. Bye bye
Xie Xie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?