IRI BUKAN TANDA TAK MAMPU, TETAPI TANDA INGIN MAJU
DAN MENJADI LEBIH BAIK
Seperti yang saya bicarakan di awal bahwa saya
merasa kecil di sini. Mungkin ada yang merasa kalian sudahlah hebat di
tempat-tempat masing, tetapi kalian salah. Bertemulah dengan kawan baru dan
cari mereka, kalian akan merasa kalian perlu belajar banyak dari mereka.
Bayangkan saja, kawan baru saya, bernama Eve dari Thailand, sudah pernah
community service, hidup di Afrika Selatan selam setahun di sana. Teman saya
Wahab dari Malaysia, yang juga ketua ALSA, seperti ketua himpunan mahasiswa
hukum di Malaysia, akan pergi ke Taiwan,
Sri Lanka, Korea Selatan dalam setahun ini. Satria teman seprjuang saya dari
Jogja akan magang di kantor dunia di Manila, Filipina selama kurang lebih 2
bulan di sana.
Gading, wakil presiden BEM UNAIR Surabaya sudah
pernah ke Belanda, Prancis, dan Jepang untuk menimba ilmu di sana. Iwan,
mahasiswa master UKM Malaysia jurusan lingkungan sudah pula beberapa meneliti
di Jepang dan Negara lain yang mempunyai teknologi yang cukup bagus. Zuh,
mahasiswi Unibrawijaya Malang yang sudah sering kali berhasil mempresentasikan
kaya tulis ilmiah di kancah nasional maupun internasional. Aom, mahasiswa
Thailand yang fasih berbicara bahasa Inggris pun sudah sering kali berkunjung
ke Negara-negara Eropa untuk belajar. Jake, mungkin mahasiswa paling tua di
kelas kami yang masih sangat bersemangat untuk belajar dan sifat dewasanya yang
mampu membimbing kami di dalam kelas. Jude, mahasiswa Filipina yang tahun depan
akan menjadi guru sejarah adalah mahasiswa fenomenal di kelas kami, bersama
teman-temannya dari Filipina yang sangat lincah dalam berbahasa Inggris maupun
menari. Haha.
Lalu kemudian saya berpikir. Apa yang sudah saya
lakukan untuk diri sendiri, keluarga, teman, sekolah, dan orang tua? Apakah
saya bermanfaat bagi mereka semua? Saya sudah sampai di tahap apa? Saya jawab
saya belum ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. Walau jujur dalam hati
saya merasa iri sekali kepada mereka tetapi suatu kebanggaan bagi saya bertemu
mereka. Saya mungkin bukan apa-apa sekarang. Namun setelah bertemu mereka saya
termotivasi untuk menjadi sesuatu apa yang bermanfaat untuk orang dan
lingkungan di sekitar saya. Saya yakin mampu melakukannya. Saya tidak dapat
berkata bahwa saya hebat di tempat sendiri, sedangkan saya tidak mampu
memberikan apa-apa kepada orang-orang di sekitar saya. Saya ingin seperti
mereka, mampu keliling dunia melihat apa yang terjadi di dunia dan mengenal
banyak orang dan orang yang baru.
Merasa iri dengan prestasi adalah sangat wajar kalau
itu baik, bukan? Namun, banyak jalan agar bermanfaat bagi masyarakat. Salah
motivator yang datang ke kelas kami menjawab pertanyaan kami, jika kita masuk
jurusan yang tidak kita sukai atau sekolah yang kita tidak suka, apakah kita
perlu pindah? Menurut beliau pendidikan itu hanya 4 tahun dan bekerja seumur
hidup sehingga selesaikan lah kuliah dan missal kamu mau melanjutkan passion
kita, setelah kita lulus, bisa saja master kita belajar di bidang yang kita
suka. Jangan suka membuang-buang waktu intinya.
Saya kadang merasa bimbang akan semua ini, tetapi
saya tahu bahwa saya tidak boleh egois. Semisal, saya mampu pergi ke luar
negeri dengan kemampuan saya dan kepercayaan diri saya sendiri sekarang dan
akan terus berusah berkembang di sini, tetapi kadang saya berpikir pula bahwa
saya sangat terlambat untuk semua yang akan saya lakukan dan saya impikan
sekarang. Kadang kesempatan itu tidak datang kepada saya tetapi saya yang
mencari kesempatan itu dengan berbagai cara entah dengan berlari sambil menepis
batu karang yang ada di depan bada kita atau dengan berjalan dengan pelan.
Namun, saya sadar bahwa saya harus melakukan sesuatu yang seharusnya saya
lakukan dan saya masih tidak mampu
membayangkan itu. Kelebihan yang teman teman baru saya di sini adalah dia
berkata kepada diri mereka sendiri bahwa setelah kuliah mereka akan bekerja ini
di sini selama sekian waktu dan akan seperti ini dan seperti itu. Impian dan
kepercayaan diri serasa sudah terkikis semenjak tiga tahun lalu dan sekarang saya
sedang memungut serpihan impian-impian itu dan rasanya ada batu karang yang
tidak mampu saya naiki untuk gapai. Bukan karena saya tidak mampu, itu karena
saya tidak percaya pada diri sendiri kalau saya mampu melakukan itu.
Sekarang masih ada waktu selama 2 minggu untuk
berpikir akan masa depan saya sendiri, seperti teman-teman saya sekarang yang
sudah mampu berpikir dia yakin akan menjadi apa. 2 minggu semoga menjadi waktu
yang cukup bagi saya untuk diberikan kesempatan oleh Tuhan tentang aa yang seharusnya
saya lakukan. Bismillahirohmanirrohim.
Saya yakin bahwa saya akan kembali menginjak Negara
lain di tempat lain walau tidak lewat bangku pendidikan, yaitu lewat jalur mana
pun intinya adalah belajar di manapun berada. Walau saya ragu itu akan terjadi dengan sistem
birokrasi Indonesia yang ribet dan bertele-tele seperti sekarang. Namun,
sekarang waktu bagi saya untuk membangun mindset bahwa saya bisa melakukan hal
apapun yang saya inginkan dan impikan yang mampu bermanfaat
Banyak hal yang berharga saya dapatkan di sini,
teman, pengalaman, dosen baru, belajar hal baru, ide baru, tempat baru, makanan
aneh, bau baru, bahasa baru, dan lain sebagainya. Sekarang waktunya menulis
mimpi bahwa tempat yang akan saya singgahi setelah ini adalah Australia entah
bagaimana pun caranya J
Kita bertemu dengan cerita selanjutnya ya. Saya
janji akan menceritakan kegiatan detail di sini ya J
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?