MENU

MENU : TERAS I MESSENGER OF PEACE I CURHATAN HATI I SASTRA & CERITA I PENGALAMAN HIDUP I IDE DAN TIPS I PRAMUKA I TENTANG TEGAL I


Instagram Instagram

Selasa, 30 Juli 2013

Mesir oh Mesir


Pernah suatu ketika aku bercengkerama dengan saudara sepupuku yang pikirannya bisa terbuka dengan sesuatu yang ektrem ataupun luar biasa. Aku mengeluhkan tentang perbedaan dalam keyakinan. Satu keyakinan namun berbeda pandangan. Orang kembar saja beda kaena setiap orang punya satu otak sendiri-sendiri, pemikiran pun kadang berdasarkan penafsiran sendiri. Kadang adayang berdasarkan orang di sekitar, ada pula yang menafsrikan sesuai kebutuhan. Semua orang berhak punya pandangan. 

Namun satu hal adalah jangan membenci. Mungkin tidak terlihat membenci.

Begini, ketika aku selesai berbicara dengan beliau, beliau hanya berkata, "Kebanyakan, ada orang yang baru belajar suatu keyakinan, dan dicekoki langsung seperti itu, timbulnya malah benci dengan sesamanya. Sehingga walau satu keyakinan, dia akan beranggapan bahwa orang lain itu salah atau belum sesuai dengan tuntunan. Mending kalau orang itu mau nerima orang yang berbeda, kadang orang tersebut malah benci dan menganggap sesamanya musuh. Musuh dalam satu keyakinan. Beda pandangan membutakan mata orang. Lalu akhirnya menganggap saling benar satu sama lain. Endingnya? Perang Saudara."


Jujur saya pribadi mengiyakan. "orang baru" yang dicekoki terlihat ekskusif dan pilih teman. Dia hanya mau bergaul dengan orang yang dia 'rasa' sejalan dan seirama. Orang ini benar mau menerima hal yang baru? saya tidak tahu. Tapi jujur, saya merasa berada di antara orang yang berperang dalam hati. Saya mendengar sabetan pedang dan parang. Saya pun ikut merasa sayatan kesakitan satu sama lain. 

Ketika melihat Mesir, jujur, saya ingin melakukan sesuatu. Negara pertama yang mengakui kemerdekaan negara saya adalah Mesir. Saya mengakui itu, sangat disesalkan saya hanya berdiam diri. Jujur saya menyesal sangat amat menyesal. Say tidak mau berpihak. Tapi saya benar tidak mau memilih. 

Saya memohon, salah satu ada yang mengalah. Saya yakin pasti ada yang sakit. Tapi kalau terus berperang seperti ini, siapa yang akan rugi. Yang ikut berperang sendiri yang akan rugi, perekonomian mandeg, hubungan luar negeri terhambat, pendidikan tidak dihiraukan, padahal ada universitas terbesar di sana. 

Yang saya hanya bisa lakukan adalah menulis. Saya tidak memihak, tapi tolong ada yang mengalah satu. Mengapa tidak bisa?

*bingung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?