Hidup harus gigih
Itulah kalimat kunci yang aku tanamkan kuat kuat dalam pikiran dan hatiku. Hidup harus gigih dan terus bersemangat. Kita diberi kehidupan bagaikan kapal, memang tenang jika sudah berlabuh di pelabuhan tetapi bukan itulah tujuan kapal dibangun. Kita bagai kapal di atas laut yang ganas. Laut memberikan jalan kepada kita untuk berjalan, kadang berombak kecil kadang pula berombak besar. Ombak kecil kadang kita membuat kita lengah dan tidak memperhatikan hal sekitar bahwa saat kecil itulah ombak besar akan segera datang layaknya tsunami. Laut tenang kemudia ternyata menghanyutkan semua benda di daratan.
Hidup harus gigih dan berani mencoba. Layaknya seekor kupu kupu yang mencari nektar di sebuah bunga, kadang ada bunga yang penuh dengan nektar ada pula yang jarang. Bagaimana kupu kupu bisa tahu kalau bunga itu penuh nektar kalau mereka tidak pernah terbang dan hinggap pada bunga-bunga tersebut. Namun, mereka tidak akan tinggal di satu bunga karena kapasitas nektar akan semakin sedikit, mereka harus mencari bunga lainnya. Itulah kehidupan ketika kita tidak memiliki hal yang kita butuhkan, kupu-kupu akan mencari terus bunga yang lainnya. Kupu -kupu akan diam dan tenang saat mendapatkan nektar untuk makanannya, tetapi dia tidak akan berdiam diri di bunga itu saja.
Hidup harus gigih dan tekun. Layaknya pisau, yang memang akan tenang dan tetap bersih jika tidak dipakai, tetapi bukan itu tujuan pisau dibuat. Ketika dipakai dan diasah kembali maka dia semakin tajam dan kuat memotong benda di hadapannya. Kehidupan kita layaknya sebuah pisau, harus terus diasah agar kita semakin tajam dan kuat mengarungi kehidupan. Saat pisau membelah kayu yang besar bagaikan kita mencoba untuk menghadapi masalah. Semakin kuat kita mengayunkan pisau kita, maka lama kelamaan kayu itu terbelah. Demikian saat semakin kuat kita mengayunkan tenaga dan pikiran kita untuk menghadapi masalah maka lama kelamaan kita dapat mengatasi masalah tersebut.
Hidup harus gigih, tekun, dan kuat. Bagaikan awan sebagai kumpulan air di langit. Ketika awan tetap di langit memang menghalangi teriknya matahari, terlihat teduh. Tetapi bukan itu tujuan awan dibuat. Air turun dari langit melalui awan. Hujan turun membasahi alam sejagat raya untuk membuat alam lebih teduh dan subur daripada harus tetap berada di langit. Itulah manusia. Diam dan pasrah memang akan membuat damai, tetapi ketika bergerak dan bekerja maka akan terlihat lebih manfaat yang akan diberikan kepada manusia dan lingkungannya.
Hidup harus tekun dan kuat. Bagaikan udara di atmosfer bumi. Memang udara ketika diam memberikan kehidupan kepada manusia, namun ketika dia bergerak, dia membantu menyebarkan benih tanaman ke tempat lain, menerbangkan layang-layang, memutar kincir angin, dan menyejukkan hati manusia yang gundah. Layaknya manusia yang tetap bergerak dan tetap gigih menggerakkan tangan, kaki, pikiran, dan hatinya untuk dirinya sendiri. Langsung atau tidak langsung manfaat gerakan tangan kita membantu teman kita yang jatuh dari sepeda, gerakan kaki kita untuk mengejar mimpi kita, gerakan hati kita untuk mempertahankan martabat manusia.
Hidup harus gigih, tekun, bersemangat, dan kuat.
Herwin Kurniawati
di kala sendu
Itulah kalimat kunci yang aku tanamkan kuat kuat dalam pikiran dan hatiku. Hidup harus gigih dan terus bersemangat. Kita diberi kehidupan bagaikan kapal, memang tenang jika sudah berlabuh di pelabuhan tetapi bukan itulah tujuan kapal dibangun. Kita bagai kapal di atas laut yang ganas. Laut memberikan jalan kepada kita untuk berjalan, kadang berombak kecil kadang pula berombak besar. Ombak kecil kadang kita membuat kita lengah dan tidak memperhatikan hal sekitar bahwa saat kecil itulah ombak besar akan segera datang layaknya tsunami. Laut tenang kemudia ternyata menghanyutkan semua benda di daratan.
Hidup harus gigih dan berani mencoba. Layaknya seekor kupu kupu yang mencari nektar di sebuah bunga, kadang ada bunga yang penuh dengan nektar ada pula yang jarang. Bagaimana kupu kupu bisa tahu kalau bunga itu penuh nektar kalau mereka tidak pernah terbang dan hinggap pada bunga-bunga tersebut. Namun, mereka tidak akan tinggal di satu bunga karena kapasitas nektar akan semakin sedikit, mereka harus mencari bunga lainnya. Itulah kehidupan ketika kita tidak memiliki hal yang kita butuhkan, kupu-kupu akan mencari terus bunga yang lainnya. Kupu -kupu akan diam dan tenang saat mendapatkan nektar untuk makanannya, tetapi dia tidak akan berdiam diri di bunga itu saja.
Hidup harus gigih dan tekun. Layaknya pisau, yang memang akan tenang dan tetap bersih jika tidak dipakai, tetapi bukan itu tujuan pisau dibuat. Ketika dipakai dan diasah kembali maka dia semakin tajam dan kuat memotong benda di hadapannya. Kehidupan kita layaknya sebuah pisau, harus terus diasah agar kita semakin tajam dan kuat mengarungi kehidupan. Saat pisau membelah kayu yang besar bagaikan kita mencoba untuk menghadapi masalah. Semakin kuat kita mengayunkan pisau kita, maka lama kelamaan kayu itu terbelah. Demikian saat semakin kuat kita mengayunkan tenaga dan pikiran kita untuk menghadapi masalah maka lama kelamaan kita dapat mengatasi masalah tersebut.
Hidup harus gigih, tekun, dan kuat. Bagaikan awan sebagai kumpulan air di langit. Ketika awan tetap di langit memang menghalangi teriknya matahari, terlihat teduh. Tetapi bukan itu tujuan awan dibuat. Air turun dari langit melalui awan. Hujan turun membasahi alam sejagat raya untuk membuat alam lebih teduh dan subur daripada harus tetap berada di langit. Itulah manusia. Diam dan pasrah memang akan membuat damai, tetapi ketika bergerak dan bekerja maka akan terlihat lebih manfaat yang akan diberikan kepada manusia dan lingkungannya.
Hidup harus tekun dan kuat. Bagaikan udara di atmosfer bumi. Memang udara ketika diam memberikan kehidupan kepada manusia, namun ketika dia bergerak, dia membantu menyebarkan benih tanaman ke tempat lain, menerbangkan layang-layang, memutar kincir angin, dan menyejukkan hati manusia yang gundah. Layaknya manusia yang tetap bergerak dan tetap gigih menggerakkan tangan, kaki, pikiran, dan hatinya untuk dirinya sendiri. Langsung atau tidak langsung manfaat gerakan tangan kita membantu teman kita yang jatuh dari sepeda, gerakan kaki kita untuk mengejar mimpi kita, gerakan hati kita untuk mempertahankan martabat manusia.
Hidup harus gigih, tekun, bersemangat, dan kuat.
Herwin Kurniawati
di kala sendu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?