MENU

MENU : TERAS I MESSENGER OF PEACE I CURHATAN HATI I SASTRA & CERITA I PENGALAMAN HIDUP I IDE DAN TIPS I PRAMUKA I TENTANG TEGAL I


Instagram Instagram

Senin, 13 Oktober 2014

MAnusia dan Hatinya



Perasaan manusia memang tidak mudah ditebak seperti menjawab pertanyaan matematika yang sudah mempunyai rumus pasti. Perasaan manusia kadang tidak mudah diterka layaknya menerka jalan mana yang akan kita tuju menuju rumah. Namun, itulah indahnya rasa, ya tidak mudah ditebak, tidak mudah diterka, tidak mudah dimengerti, dan bahkan sulit untuk dikendalikan. Pernahkah kita berpikir mengapa perasaan itu datang kepada kita atau mengapa kita sangat sulit mengendalikan perasaan itu.
Tuhan memberikan rahmat-Nya yang teramat luar biasa kepada manusia yang mengerti akan rasa syukurnya. Limpahan karunia termasuk kebahagiaan dirasakan oleh hati manusia. Hati atau mungkin itu perasaan adalah salah satu nikmat Tuhan yang Maha Indah yang diberikan kepada kita. Hati merupakan jembatan penghubung antara kita dan Tuhan, hanya kita dan Dia yang tahu apa isi hati manusia, hanya Dia dan kita yang apa yang kita pendam dan apa yang kita rasakan pada hati yang lain.

Rasa cinta yang lembut adalah anugrah Tuhan yang Maha Lembut yang senantiasa menyiramkan kelembutan pada hati-hati manusia ciptaan-Nya setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, bahkan setiap degup jantung. Hari ini rasanya jantung ini berdegup lebih kencang daripada biasanya entah karena sakit atau bimbang, badan ini tidak mampu menjernihkan logika yang harusnya bekerja seperti biasa. Rasa ini muncul saat rasa, ya rasa lagi, yaitu rasa kagum atas kelebihan dan kelemahan yang dia miliki. Terlihat lucu, saat pertama bertemu hanya rasa kagum yang ada di pikiran, hati, dan rasa. Kagum atas kepercayaan yang dia munculkan di lapangan futsal kala itu. Berteriak, lompat, loncat, dan bersorak tidak karuan hanya bisa diteriakkan oleh mulut dan termasuk hati ini sewaktu dia dan bersama teman-temannya memainkan si kulit bundar di lapangan hijau di kampus.
Entah bagaimana saya berkenalan dengannya, sungguh sekarang ini ingin saya mengingat kembali masa di mana kapan saya bertemu dengannya. Sungguh sangat sulit ingatan ini mengukir kembali kala itu, yang saya hanya bisa ingat adalah ketika dia dan teman-temannya meminta saya dan teman saya datang ke kos temannya untuk membicarakan suatu pertandingan futsal antar kampus. Sungguh saya sangat sulit untuk mengingat masa sebelum itu. Sayang sekali yang hanya saya ingat adalah waktu dia bermain dengan teman-temannya.
Datang secara perlahan tanpa meninggalkan jejak, mendekat tanpa suara, berjalan tanpa melangkah keras. Kekaguman berlanjut pada menjadi teman yang bekerjasama, entah dalam kepanitiaan, dalam bekerja, dan dalam belajar. Kami mencoba untuk mendukung satu sama lain tanpa melibatkan perasaan apapun karena kala itu saya tahu bahwa dia yah, sudah dapat dipastikan menunggu seseorang. Masalah silih berganti, kadang benci, kadang sebal, kadang marah, tetapi itulah dinamika kehidupan, hati dan perasaan terlibat secara tidak sengaja. Kadang masih menganggap bahwa kami masih anak kecil yang tidak mengerti bahasa kalbu masing-masing. Ejekan, hinaan, gurauan, godaan, dan candaan mengisi hari-hari kami. Tak pernah terpikir untuk lebih dari itu.
Tidaklah mudah mengatakan isi hati orang kepada orang lain, begitu pula hati ini. Mungkin karena hati ini kosong sehingga mencari hati orang lain untuk diisi, entah ingin diisi dengan dipaksa atau tidak, atau memang rasa ini datang tiba-tiba atau dibuat oleh logika ini. Sekali lagi hanya Tuhan dan hati ini yang tahu. Kelembutan tangan Tuhan telah memberikan goresan kecil dalam hati, apakah ini masih rasa kagum atau rasa yang lain. Kali ini hati ini tidak mampu menjawabnya.
Tiap degup jantung, saya masih menunggu kabarnya dari kejauhan di sini diterangi oleh lampu redup di kamar yang sunyi ini. Tiap hembusan nafas, saya masih menanti sapaannya yang sudah sangat lekat pada telinga ini. Tiap ketikan oleh jari jemariku yang kecil, saya masih mengira-ngira bagaimana keadannya di sana. Entah mengapa hati ini ingin menangis, mata ini mulai berkaca-kaca. Berat rasanya hati ini untuk mengungkapkan kalau rasa rindu menyergap setiap dinding hati ini. Berat rasanya mengatakan kepada layar di depan untuk mengatakan bahwa apakah ini rasa yang disebut orang kasmaran. Kali ini hanyalah Tuhan yang Maha Mengetahui yang tahu, tahu bagaimana perasaanya pada hari ini, yang tahu keadaannya sekarang ini, yang tahu apa yang sedang dilakukan, yang tahu apa yang akan dilakukannya malam ini, yang tahu mengapa dia tidak menyapaku.
Tidak mungkin aku menyapanya kali ini. Bimbang ditambahi kesal menyergap seluruh aliran darah saat ini. Tidak ada kabar, tidak ada kata ‘hai’, sungguh sangat menjengkelkan dan hemmm tidak bisa dikatakan dan diekspresikan bahwa saya marah, kesal, cemberut, dan sebagai bentuk emosi kekecewaan muncul dalam pikiran dan sanubari ini. Itulah perasaan, entah saya membuatnya sendiri atau itu datang, saya pun tidak tahu. Namun, saya percaya dia baik-baik di sana.
Inilah di mana ketika sesuatu memang pantas untuk diperjuangkan, tetapi tidak kali ini sepertinya. Saya menyerah sepertinya sebelum saya melanjutkan hal-hal yang lebih dalam dan serius lagi. Saya memang harus menyerah, sulit untuk dibayangkan bila kami benar-benar bersama. Tiap individu dari kami mempunyai masalah yang sama-sama sulit untuk diselesaikan saat ini atau beberapa tahun ke depan. Ini hanya emosi sesaat yang merindukan kasih-sayang orang lain. Lagipula kami tidak saling melengkapi hanya mengagumi, hanya saling mencoba memberi semangat kepada yang lainnya. Ditambah terlalu banyak halangan yang akan dihadapi di masa depan. Jarak yang tidak mungkin diperdekat karena memang pekerjaan dan jalur pendidikan masing-masing yang sungguh saya sendiri sulit untuk mengendalikan. Saya sungguh menyerah.
Terima kasih Tuhan karena Engkau telah memberikan perasaan ini kepadaku. Hidup dan matiku hanya untuk-Mu, Engkaulah yang berhak membolak-balikkan hatiku dan hatinya. Jika dia memang jodohku maka dekatkanlah. Namun, ketika dia bukan jodohko, jadikan kami teman yang baik di masa depan. Amin,

Minggu, 12 Oktober 2014
22.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?