Perasaan
manusia memang tidak mudah ditebak seperti menjawab pertanyaan matematika yang
sudah mempunyai rumus pasti. Perasaan manusia kadang tidak mudah diterka layaknya
menerka jalan mana yang akan kita tuju menuju rumah. Namun, itulah indahnya
rasa, ya tidak mudah ditebak, tidak mudah diterka, tidak mudah dimengerti, dan
bahkan sulit untuk dikendalikan. Pernahkah kita berpikir mengapa perasaan itu
datang kepada kita atau mengapa kita sangat sulit mengendalikan perasaan itu.
Tuhan
memberikan rahmat-Nya yang teramat luar biasa kepada manusia yang mengerti akan
rasa syukurnya. Limpahan karunia termasuk kebahagiaan dirasakan oleh hati
manusia. Hati atau mungkin itu perasaan adalah salah satu nikmat Tuhan yang
Maha Indah yang diberikan kepada kita. Hati merupakan jembatan penghubung
antara kita dan Tuhan, hanya kita dan Dia yang tahu apa isi hati manusia, hanya
Dia dan kita yang apa yang kita pendam dan apa yang kita rasakan pada hati yang
lain.
Rasa
cinta yang lembut adalah anugrah Tuhan yang Maha Lembut yang senantiasa
menyiramkan kelembutan pada hati-hati manusia ciptaan-Nya setiap hari, setiap
jam, setiap menit, setiap detik, bahkan setiap degup jantung. Hari ini rasanya
jantung ini berdegup lebih kencang daripada biasanya entah karena sakit atau
bimbang, badan ini tidak mampu menjernihkan logika yang harusnya bekerja
seperti biasa. Rasa ini muncul saat rasa, ya rasa lagi, yaitu rasa kagum atas
kelebihan dan kelemahan yang dia miliki. Terlihat lucu, saat pertama bertemu
hanya rasa kagum yang ada di pikiran, hati, dan rasa. Kagum atas kepercayaan
yang dia munculkan di lapangan futsal kala itu. Berteriak, lompat, loncat, dan
bersorak tidak karuan hanya bisa diteriakkan oleh mulut dan termasuk hati ini
sewaktu dia dan bersama teman-temannya memainkan si kulit bundar di lapangan
hijau di kampus.
Entah
bagaimana saya berkenalan dengannya, sungguh sekarang ini ingin saya mengingat
kembali masa di mana kapan saya bertemu dengannya. Sungguh sangat sulit ingatan
ini mengukir kembali kala itu, yang saya hanya bisa ingat adalah ketika dia dan
teman-temannya meminta saya dan teman saya datang ke kos temannya untuk
membicarakan suatu pertandingan futsal antar kampus. Sungguh saya sangat sulit
untuk mengingat masa sebelum itu. Sayang sekali yang hanya saya ingat adalah
waktu dia bermain dengan teman-temannya.
Datang
secara perlahan tanpa meninggalkan jejak, mendekat tanpa suara, berjalan tanpa
melangkah keras. Kekaguman berlanjut pada menjadi teman yang bekerjasama, entah
dalam kepanitiaan, dalam bekerja, dan dalam belajar. Kami mencoba untuk
mendukung satu sama lain tanpa melibatkan perasaan apapun karena kala itu saya
tahu bahwa dia yah, sudah dapat dipastikan menunggu seseorang. Masalah silih
berganti, kadang benci, kadang sebal, kadang marah, tetapi itulah dinamika kehidupan,
hati dan perasaan terlibat secara tidak sengaja. Kadang masih menganggap bahwa
kami masih anak kecil yang tidak mengerti bahasa kalbu masing-masing. Ejekan,
hinaan, gurauan, godaan, dan candaan mengisi hari-hari kami. Tak pernah
terpikir untuk lebih dari itu.
Tidaklah
mudah mengatakan isi hati orang kepada orang lain, begitu pula hati ini.
Mungkin karena hati ini kosong sehingga mencari hati orang lain untuk diisi,
entah ingin diisi dengan dipaksa atau tidak, atau memang rasa ini datang
tiba-tiba atau dibuat oleh logika ini. Sekali lagi hanya Tuhan dan hati ini
yang tahu. Kelembutan tangan Tuhan telah memberikan goresan kecil dalam hati,
apakah ini masih rasa kagum atau rasa yang lain. Kali ini hati ini tidak mampu
menjawabnya.
Tiap
degup jantung, saya masih menunggu kabarnya dari kejauhan di sini diterangi
oleh lampu redup di kamar yang sunyi ini. Tiap hembusan nafas, saya masih
menanti sapaannya yang sudah sangat lekat pada telinga ini. Tiap ketikan oleh
jari jemariku yang kecil, saya masih mengira-ngira bagaimana keadannya di sana.
Entah mengapa hati ini ingin menangis, mata ini mulai berkaca-kaca. Berat
rasanya hati ini untuk mengungkapkan kalau rasa rindu menyergap setiap dinding
hati ini. Berat rasanya mengatakan kepada layar di depan untuk mengatakan bahwa
apakah ini rasa yang disebut orang kasmaran. Kali ini hanyalah Tuhan yang Maha
Mengetahui yang tahu, tahu bagaimana perasaanya pada hari ini, yang tahu
keadaannya sekarang ini, yang tahu apa yang sedang dilakukan, yang tahu apa
yang akan dilakukannya malam ini, yang tahu mengapa dia tidak menyapaku.
Tidak
mungkin aku menyapanya kali ini. Bimbang ditambahi kesal menyergap seluruh
aliran darah saat ini. Tidak ada kabar, tidak ada kata ‘hai’, sungguh sangat
menjengkelkan dan hemmm tidak bisa dikatakan dan diekspresikan bahwa saya
marah, kesal, cemberut, dan sebagai bentuk emosi kekecewaan muncul dalam
pikiran dan sanubari ini. Itulah perasaan, entah saya membuatnya sendiri atau
itu datang, saya pun tidak tahu. Namun, saya percaya dia baik-baik di sana.
Inilah
di mana ketika sesuatu memang pantas untuk diperjuangkan, tetapi tidak kali ini
sepertinya. Saya menyerah sepertinya sebelum saya melanjutkan hal-hal yang
lebih dalam dan serius lagi. Saya memang harus menyerah, sulit untuk
dibayangkan bila kami benar-benar bersama. Tiap individu dari kami mempunyai
masalah yang sama-sama sulit untuk diselesaikan saat ini atau beberapa tahun ke
depan. Ini hanya emosi sesaat yang merindukan kasih-sayang orang lain. Lagipula
kami tidak saling melengkapi hanya mengagumi, hanya saling mencoba memberi
semangat kepada yang lainnya. Ditambah terlalu banyak halangan yang akan
dihadapi di masa depan. Jarak yang tidak mungkin diperdekat karena memang
pekerjaan dan jalur pendidikan masing-masing yang sungguh saya sendiri sulit
untuk mengendalikan. Saya sungguh menyerah.
Terima
kasih Tuhan karena Engkau telah memberikan perasaan ini kepadaku. Hidup dan
matiku hanya untuk-Mu, Engkaulah yang berhak membolak-balikkan hatiku dan
hatinya. Jika dia memang jodohku maka dekatkanlah. Namun, ketika dia bukan
jodohko, jadikan kami teman yang baik di masa depan. Amin,
Minggu,
12 Oktober 2014
22.00
WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?