OK Guys,bayak terjadi tragedi, intrik, dan taktik yang muncul dari beberapa golongan orang. Ketika ada berita yang sudah difixkan dan disiapkan dengan segala rupa. Endingnya, ternyat diundur atau gagal, gue cuma bilang, "Emmm, apa yang kudu gue bilang?"
Ini
dari sudut pandang gue aja tanpa memandang kebenaran atau tidaknya
sudut pandang saya. Namanya juga hanya pendapat, walau harusnya pendapat
itu harus berdasarkan fakta. Kenyataannya, si sumber saja tidak dapat
memberitahukan keadaan yang sebenarnya, maka muncul terkaan, perkiraan,
dan asumsi yang tidak tahu mana yang benar. So, do not trust this!
Kenapa diundur? Banyak
gosip yang beredar di kampus, yang pertama karena pembina upacaranya
lagi gak bisa dateng pas hari yang sudah diumumkan ke khalayak ramai.
Sampai ada yang ngetweet beliau. Kalau dilihat, ngapain anak bau kencur
ngetweet pejabat. Komentar masalah yng satu ini, gue cuma mau bilang,
orang nglakuin gini grgr apa sih sebenarnya? yaitu ketidakjelasan
alasan. Penyelenggara mungkin hanya bisa bilang "ya pindah jadwal,
tanggal, dan jam" But, penonton akan nanya "mengapa?" Ya inilah
yang gak jelas, ketika panitia pun tidak mampu menjawab, penonton dengan
terpaksa atau tidak sadara atau tidak waras, menanyakan langsung kepada
presiden dengan berbagai cara. Walau logikanya, mana mungkin presiden
tahu masalah 'sepele' seperti ini. Selanjutnya, jalur untuk menanyakan
belu tersedia. Fine, ada public hearing, kenyataannya setelah kejadian dan memang belum mampu menjawab hal yang sebenarnya terjadi. SO? Jalur birokrasi memang ribet men! ketika
ternyata yang di bawah gak bisa ngasih jawaban, yang paling bawah cuma
bisa pasrah. Semua harus lewat jalur yang panjangnya gue gak tahu.
Akhirnya, yang paling bawah langsung nanyakan ke presiden lewat apapun
caranya, twiter ada, facebook ada, email ada. Sekarang masih
dipertanyakan perlu gak sih jalur birokrasi yang moler-moler? Minimally, make it shorten, right?
Ya
cuma nanggepin masalah twiter. Kadang gak dimasuk di akal memang. Semua
diperependek dengan media sosial. Rasanya sangat tidak penting bertanya
harus lewat surat-menyurat yang melalui jalur gua yang gelap dna entah
kapan bisa masuk ke alamat yan dituju (itulah birokrasi). Media sosial
memang membuat jarak sang penguasa dekat dengan bagian kasta terbawah
sekalipun asalkan sang kasta terbawah tahu menggunakan media sosial
dengan baik. Namun, kasta yang di atasnya merasa bahwa tidak layak kalau
dengan mudahnya dan seenaknya kasta terbawah menanyakan ke sang
penguasa. Ya, secara attitude ya dianggap kurang sopan dan dianggap menganggu kelanjutan studi dan nasib di depan. Guys, gue
sedih ada temen gue yang kasta atas yang bilang gini "demi nasib kita
bersama". Gue ngerasa sedih dan kecewa kenapa mereka sampai bilang
seperti ini, seakan mereka takut kalau rezeki di depan mata hilang
begitu saja karena kelompoknya melakukan hal yang tidak diinginkan.
Ngerasa seperti mereka menghambakan adanya jalan yang mulus tanpa aral
rintangan. Gue kasihan sebenarnya karena buat ceremonial itu gak mudah
tentunya. Alasannya saja yang gue gak bisa terima. "DEMI NASIB KITA."
Ini menurut gue aja, gak mahasiswa banget namanya kalau kita pasrah sama
hal yang birokrasi. Takut kalau kita melanggar sedikit birokrasi, semua
anggota kena dampak. Kita harusnya kompak dan nanya langsung kenapa
sebanrnya terjadi. Biarlah ini menjadi pertimbangan panitia saja, gue
dkk ya cuma "pasrah" endingnya.
Terkait
ada yang gak jadi ikut, ya gue maklum aja sih, secara biaya nya dari
luar Jawa ke Jawa itu lumayan gedhe. cuma disayangkan saja gak semua
bisa ikut. Hal itu kan hanya ceremonial aja (menurutku). Jujur gue gak
pengin ikut, capek, bolak-balik Jogja - Jakarta - Jogja lagi, gimana
lagi? HUweeee
Hidup
kita ada di tangan Tuhan, Rahmat Tuhan untuk seluruh umantNya. Kenapa
harus berkata demi nasib kita? Rasanya ada yang janggal dan terkesan
ditutup-tutupi.
Ya,
gue sadar gue belum pernah ngrasasin yang namanya jadi mahasiswa.
Secara tiap gue daftar kepanitiaan, entah kenapa gue selalu ditolak dan
gue gak tahu kenapa. Ya, udahlah apa mau di kata.
Jujur
gue bersyukur banget gue dikasih jalan yang amat mulus sampai detik
ini. Belajar dengan giat tanpa memperhatikan hal lain. Kepanitiaan udah
gue coba, dan entah kenapa gue gak ditrima (menurut gue mereka lebih
prefere sama orang yg dah dikenal or terkenal, suuzon aa sih). Hobi tari
dan olahrga gue lakuin tiap waktu. Cari duit udah gue kerjain. Tapi ada
beberapa hal yang belum gue lakuin. Geu belum nglakuin untuk mencapai
mimpi gue. Yang gue butuhin saat ini tantangan men. Tantangan di mana gue belum pernah gue lakukan sebenarnya. Apa ajalah, yang belum gue lakuin. Haha.
Sekian dan terima kasih ini dah jam 3 pagi dan dah pusing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa pendapatmu atas tulisa saya di atas?