Work From Home adalah istilah ketika saya sebagai aparatur sipil negara diharuskan bekerja di rumah, atau dari rumah (?). Saya singkat dengan WFH ya. WFH ini membuat saya bingung di dua minggu pertama. Lama-lama terbiasa malah dibilang sudah dirasa nyaman. Nyaman karena anak bisa dilihat dan dipantau setiap yang saya mau. Namun, ada hal lain yang saya petik dari WFH, saya belajar sedikit (iya baru sedikit) tentang tumbuh kembang anak.
Berawal dari anak saya yang mulai tumbuh gigi, banyak gerak, dan maunya main, kemudian makannya menjadi susah. Saya membaca buku tentang MPASI, satu-satunya cara adalah sabar terus mencoba, mencoba masakan baru, tekstur baru, makanan yang didinginkan. Hanya saja anaknya tetap menolak (atau mungkin saja saya yang sudah menyerah, artinya kalau pagi hanya lima suap, nanti juga lapar, makan banyaknya saat siang). Terkadang bayi makan lahap sekali, bisa sampai 35 sendok bayi kok. Terkadang sampai 15 sendok bayi. Dari bubur, nasi, daun utuh, wortel kukus, kentang kukus, tempe goreng, tahu bacem, semua dicobakan. Saya gondok juga dalam hati. Tetapi sudahlah tidak apa-apa. Nanti juga lapar (mencoba menenangkan hati, padahal seharusnya saya harus kreatif dan semangat lagi).