MENU

MENU : TERAS I MESSENGER OF PEACE I CURHATAN HATI I SASTRA & CERITA I PENGALAMAN HIDUP I IDE DAN TIPS I PRAMUKA I TENTANG TEGAL I


Instagram Instagram

Sabtu, 31 Agustus 2013

Gaya Tarik Menarik


Malem guyskayaknya enak ya kalau kita lagi gak ada kerjaan, dah gak ada tugas kuliah, atau belum ada revisi tugas akhir, dan mumpung masih ada tenaga dan kesehatan buat ngeblog,Alhamdulillah banget lah. Waktu yang kosong ini digunain baik-baik dengan ngeblog. Apaan sih ngeblog, paling cuma curcolan hati kita. Yap, ngeblog itu area menuangkan ide dan pendapat. Tapi sayangnya, gak ada timbal balik buat bantah atau nambahin pendapat kita(ini nih yang perlu gue cari), Cari lawan buat debat. Lidah gue udah kelu gak pernah ngebacot hal-hal penting maupun hal-hal gak penting di sini. Akhirnya, minimal gue ada tempat, yaitu blog. Sekarang blog, mungkin tahun depan gue udah bisa ngomong di depan auditorium. Pokoknya liat aje nanti (padahal gue ini lagi dag dig dug derngadepin masa-masa sulit ini).

Teman Baru Asal Papua

Papua, pasti yang terbesit di kepala orang Jawa adalah tinggi, besar, hitam, dan menakutkan. Eits, itu adalah pikiranku sekitar sepuluh tahun yang lalu. Yap, waktu masih SMP, orang yang saya kenal hanyalah orang Jawa dan Jawa. Sudah, tidak ada lagi. Tetapi semenjak saya ikut pramuka (Jambore Nasional 2006), saya tahu bahwa orang Papuan sama seperti kita, punya dialek sendiri, punya bahasa sendiri, punya kebiasaan sendiri. Lalu, mengapa kaget? Mereka bisa nerima kita (mungkin), kenapa kita gak bisa?

Jelas saya kaget waktu pertama kali melihat mereka waktu SMP. Saya selalu "kepo" terhadap orang-orang Papua yang sedang bicara. Mereka bicara dengan sangat cepat dan sangat sulit dimengerti oleh saya. Tetapi tetap saja orang Jawa pasti meng"underestimate" orang Papua, karena mungkin ada yang menganggap orang Papua jarang ada yang bersekolah. Eits. ini sepertinya ada klarifikasi.

Bosen jadi anak baik2


Jujur gue dalam taraf kebetean yang sangat buruk dan jelek kali ini. Susunan kalimat gue bener-bener acak adul gak jelas dan satu lagi, gak bermutu sama sekali. Pertama karena suasana hati gue lagi suntuk banget. Kedua, karena orang tua gue bener-bener gak support apa yang akan gue lakuin selama satu tahun ke depan. Ketiga, gue pengecut dan peragu, dan gak mau ambil resiko. 

Ketiga hal ini bikin gue galau, udah ada empat orang sohib gue yang bilang kalau gue itu galau mulu status ef be nya. Oke hal yang paling ngebetein adalah sek** gue kayaknya terkesan gak ramah ma anak didiknya. (bukan kayaknya, tapi asli gak ramah). Saat gua nanya, BU, Pak, boleh tidak sih minta transkrip nilai. terus kalau boleh itu kapan waktunya? Lue tahu jawabannya apa?

Foto Ijazah yang Tertunda

Entah bagaimana caranya aku bisa bangun pagi jam setengah empat dan tidak tidur kembali. Walau akhirnya sekitar jam lima pagi aku menitikkan air matan. Aku menulis kata demi kata di atas blogku dan aku hampir mati menahan tangis sendiri. Kucoba meraih telpon genggamku dan kupencet nomor Bapak.

Aku menanyakan, apakah ibu setuju dengan hasil kemarin? Jujur dalam hati terdalam aku selalu bertanya--> Kenapa aku masih ada di sini padahal aku tidak suka. Kenapa? (Jujur, saat nulis ini, aku pengin nangis banget). Bapak bilang, bapak gak tahu, semua keputusan ada di ibu.

Jumat, 30 Agustus 2013

Ngoceh Lagi

OKe guys, gue dah ngantuk sebenarnya. Sangat ngantuk, tapi gue seneng. Gue dapat teman baru, 3 orang asal Papua. Anak kosan baru kosku. Gue ngerasa fine aja dengan ada orang Papua kek, Sumatra, Kalimantan, atau dari TImor Leste (yang ini gak mungkin). Gue fine, karena mereka sama kaya gue, yaitu sama-sama cari ilmu di sini, STAN. 

Sabtu, 24 Agustus 2013

Mimpi itu Hanya Bunga Tidur

Mengapa setiap orang tidak ada puasnya? 
Mungkin tidak dikatakan puas. Mungkin dia tidak mampu menggapai mimpi dan angannya. Dia yang telah memiih salah satu jalan dan berharap jalan menuju mimpi itu menjadi lebih dekat. Saat masuk, mimpi terlihat jauh dan tidak ada ujung untuk menggapai mimpinya. Entah karena memang tidak ada tempat dan kesempatan atau dia tidak melihat kesempatan. Dia sendiri semakin kabur. Saat pertama, dia mencoba untuk keluar dari zona. Ada tekanan besar yang menghalangi dia untuk mengejar mimpi. Ada batu besar yang tidak mungkin dia tembus. Ada penghalang memanjang yang sulit untuk diterobos.